Sinten Sing Kagungan Kersa

Sinten Sing Kagungan Kersa – ~1~ Hujan deras mengguyur wilayah desa Siddumukti, sebuah desa kecil yang terletak di kaki Gunung Kenhill. Warsidi tampak tergesa-gesa mengarahkan sepeda tua gendut yang tampak sarat sayur dan barang itu menuju gubuk di ujung jalan desa. Seorang lelaki tua yang tidak pernah memperhatikan kecantikan seorang wanita, dia dan ternaknya minum dari air yang jatuh dari langit saat fajar. “Alhamdulillah… terimakasih Tuhan telah memberiku kebahagiaan pagi ini.” semoga jawa 2

Semoga berkah berjuang, amin,” ucapnya penuh harap sambil menghirup sejuknya udara pegunungan dari guyuran hujan. Mungkin tidak ada yang mengharapkannya. Seseorang seperti saudaranya, wajahnya selalu bersinar, sopan santun dan sopan santunnya, harus melakukan yang terbaik, untuk hidupnya, kehidupan saudaranya, dan neneknya. Jenazah Varsidi yang diselimuti jaket hitam dibaringkan di pojok kabin. Dia slonjor melihat sepeda 3

Sinten Sing Kagungan Kersa

Jaman dulu ada mendiang bapak yang sudah lama dipanggil Tuhan. Motor itu adalah bukti kehidupan Varsidi dan keluarganya. Hidup sebagai laki-laki sulit dikatakan di sini dan tidak ada rasa hormat dalam hal itu. Terlepas dari apa yang terjadi, pria itu tidak pernah merasa kecil di hatinya. “Tuan Varsidi, di mana Anda, mengapa Anda tidak melihat saya?” kenapa kamu pergi?” tanya Maya menyemangati Ona, ibunya. kamar saudaranya tempat dia masih tidur, namanya 4

Buku Siswa. Kirtya Basa. Kanggo Smpmts Kelas Vii (coll.) (z Lib.org) Pages 51 100

Saipul. Anak laki-laki yang berada di kelas dua dibangunkan dengan lembut. “Kak… ayo bangun, ooooh, salat terus? “Nanti mulai deh… dingin banget…” kata Ipul. “Ayo bangun kak Ipul… Udah siang, nanti kamu telat ke sekolah dan dimarahi guru.” Anak laki-laki itu kemudian bangkit dan mengikuti apa yang dikatakan saudara perempuannya. Kemudian Maya memasukkan adiknya ke kamar mandi. Maya membersihkan adiknya, Mak Ona memasak nasi apa saja yang ada di dapur untuk sarapan anak-anaknya. 5

Hujan langit yang menghentikan langkah Varsidi hampir habis. “Uh… kupikir sudah jelas, aku tidak akan berjalan lagi, aku takut pada teman-temanku.” Bismillah hirahman nirahim…”. Laki-laki itu lalu membawa sepedanya ke tempat biasa berjualan sayur mayur, Desa Lumintu. “Yurrrrr…sayuuuuurr!” Sayur Boo… Sayuurr.”, tawanya. . , ibu-ibu desa Lumintu keluar dan pergi berbelanja, “Tolong nona, mau apa?” Warsidi berkata kepada Ibu Yayuk, istri Lumintu Lumintu, “Saya membeli soto, setengah kilo ayam dengan tiga ribu cabai di dalamnya …” Tapi 6

Baca juga  Berikut Ini Bukan Cara Perpindahan Panas Adalah

Iya bu… saya tunggu sebentar” jawab Siddi mencoba membeli apa yang ibu Yayuk inginkan. itu Dee?” kata Bu Yajuk dan mengambil sejumlah uang dari dompetnya.“Sesukamu, Bu…”.“Oh ya… ini uangnya. Eh Dee…besok siang di hari minggu, pulang atau tidak ?, ayah saya sms saya untuk minta tolong memperbaiki atap rumah. “Ayah sudah tua, dia tidak berani berjalan mondar-mandir,” tanya Bu Yajuk. “Ya, Bu. .. insyaallah saya bisa, besok malam saya tidak akan pergi mengunjungi ayah dan ibu saya 7

Ada sebuah rumah.’ “Iya… makasih Di, semuanya please… pamit,” pamit Bu Yajuk kepada semua orang yang berbelanja disana. Matahari terbit. Tak banyak sisa sayuran Varsidi yang dulunya sudah kenyang. Dia sangat senang bahwa produknya dijual hari ini. Tawaran untuk bekerja di sarabutan untuk memperbaiki atap Lumintu tetua desa juga menambah kegembiraan hatinya. Bocah itu kemudian kembali ke rumah seperti biasa. *** “Assalamualaikum Bu…”. “Ah… salam Lee. Bagaimana bisnis Anda? Apakah itu untuk dijual?” ibu 8 bertanya

Sinten Sing Kagungan Kerasa??2.apa Urutane Adicara Ingkang Kaping Kalih Meniko? 3.apa Panyuwune

Yang di sebelah Sidi. “Alhamdulillah Bu… ini berkah. Pekerjaan saya selesai hari ini, bahkan Ibu Yayuk, istri dari Desa Lumintu memberi tahu saya, ”jawab pria itu dengan suara sangat gembira. “Alhamdulillah… apa yang kamu katakan pada Le?” mengumpulkan uang untuk sekolah adik-adik saya.” “Hus…jangan lakukan itu, niatnya bukan untuk membantu mengharapkan imbalan seperti itu. Javis. .kamu akan mandi.” Warsidi melakukan apa yang dilakukan 9

Ibunya menyuruhnya untuk membersihkannya sesegera mungkin. Hari berubah menjadi mendung. Maya dan Ipul kembali ke sekolah. Saudara-saudara Varsidi kembali dengan berita yang sedikit mengerikan di hati mereka. Kedua anak itu diminta membayar biaya sekolah di sekolah masing-masing. Kegembiraan hati Varsidi hari itu tiba-tiba tertutup awan berita. Kehidupan keluarga Varsidi sangat sulit. Sulit bagi keluarga untuk makan setiap hari. Old Mac Onah hanyalah seorang tukang cuci dengan gaji kecil. Varsidi juga sama. Meskipun dia tidak terlalu tua, dia belum berusia 10 tahun

Baca juga  Gerakan Memantul Bola Ke Lantai Dinamakan

Dia menyelesaikan sekolah menengah. Pria tampan itu tidak lagi memikirkan sekolah, tapi memikirkan bagaimana caranya agar adik-adiknya bisa bersekolah. Meski demikian, Sidi pantang menyerah, sabar dan berusaha melakukan segala hal yang penting halal. “Bu… Pertama saya akan menyapa, saya akan mengunjungi kepala desa Lumintu.” “Ya, Le… hati-hati, oke? Kalau sudah siap, kembalilah,” kata ibu Ona. membiayai sekolah adik-adiknya. 11

“Permisi… Assalamualaikum pak, bu…”. Varsidi memindahkan rumahnya ke kepala dusum Lumintu. “Walaikumsalam…eeee, Warsidi, masuk sini… bapak saya ada di dalam,” kata Bu Siddi. Yajuk menyambutnya dengan senyuman. Sidi lalu berbicara sebentar dengan Kepala Desa Lumintu. Setelah dia selesai berbicara, dia pergi untuk melakukan apa yang harus dia lakukan untuk hari itu. Dia duduk dengan sabar dan hati-hati memperbaiki atap. “Pak, Bu… hubungan ini sudah berakhir, saya ingin pamit. Ibu rumah tangga yang merawatnya,” katanya kepada Bu Yajuk dan seluruh keluarga. “Tapi ya… 12

Uts Genap Bahasa Daerah Kelas 8

Terima kasih Dea? Ini adalah harta kecil sebagai ucapan terima kasih dari ayah dan ibu untuk kalian.” Ibu Yajuk memberikan amplop putih berisi uang. “Tidak bu… terima kasih banyak, saya sapa dulu Vassalamulaikum.” Sore harinya, Varsidi kembali ke rumahnya di Desa Siddmukti yang berjarak sekitar lima kilometer dari Desa Luminthu. Ia terus memikirkan uang untuk biaya sekolah adiknya bulan ini yang jumlahnya jutaan. Dia berhenti berjalan tiba-tiba karena penasaran dengan apa yang ada di dalam amplop putih yang diberikan Bu Yajuk kepadanya. Sepertinya ada 13 di sampul putihnya, yang tidak terlalu tebal

100 mil. Warsidi hanya tersenyum. “Alhamdulillah… saya perlu mencari tambahan 900k untuk membiayai sekolah adik perempuan saya.” Meskipun dia tersenyum, hatinya selalu sedih. Siddi tidak ingin adik-adiknya putus sekolah. Desa Siddmukti, tempat kelahiran Varsidi, tidak berdiri dan ia memiliki berbagai pengalaman hidup yang jauh. Perjalanan dengan sepeda gendut tua itu langsung berhenti. Sidi kebetulan melihat sebuah dompet hitam di pinggir jalan menuju desanya. Dompet hitam yang sangat tebal itu kemudian dibuka. Tiba-tiba mata Sidi menjadi melek bahkan tanpa berkedip, ia melihat ada uang seratus ribu rupiah di dalam dompetnya 14

Baca juga  Gambar Diatas Merupakan Salah Satu Contoh Gambar Cerita Menggunakan Teknik

Yang berjumlah dua puluh dua juta. Orang tua yang baik itu skeptis. Ibu Ona menceritakan apa yang terjadi pada Sidi. Dompet yang ditemukan dibuka. Ternyata di dalam dompet tersebut terdapat KTP pemilik dompet tersebut, yaitu Arif Vitsaksono. KTP menyebutkan bahwa rumah pemilik berada di desa Parangrushak, bersebelahan dengan desa Siddomukti. “Nyonya… ada uang dua juta di dompet ini, ini milik Pak Arif Vitsaksono yang tinggal di desa Parangrushak,” katanya kepada ibunya. “Kamu punya banyak uang, Le?” Kata Ona dengan suara normal. 15

Perempuan lulusan SD itu belum pernah melihat uang dua juta. “Uang ini pinjam buat bayar sekolah kakak kamu, Le?” kata ibu Ona kepada anaknya. Mendengar jawaban itu, jantung Varsidi seakan berhenti berdetak. Dia sangat membutuhkan uang untuk membayar sekolah adik perempuannya, tetapi lelaki itu menyadari bahwa itu bukan uang di dompetnya dan dia tidak perlu khawatir meskipun hanya satu sen. “Maafkan saya Bu, saya minta maaf. Dompet harus segera dikembalikan ke alamat yang tertulis di KTP karena dompetnya 16

Kirtya Basa Kelas 8

Bukan milik kita. Asalmu dari mana?” tanya Sidi. Mak Ona diam saja. Wanita tua itu menghela nafas dan tersenyum. “Ya, Le, gadis baik. Jika itu keputusanmu, aku akan mengikutinya. Kamu sudah dewasa nak, kamu tahu mana yang baik dan mana yang buruk.” Ternyata ibu Ona setuju dengan keputusan Sidi. Teriakan matahari telah menggantikan awan di sebelah bulan. Kakak Varsidi sudah berangkat sekolah. Ia pergi untuk berjualan pada sore hari, karena beliau akan berjualan di desa parangrushak, beliau ingin mencari alamat dan mengembalikan 17

Dompet hitam yang ditemukan kemarin di jalan. Hari sudah larut, Varsidi telah menyelesaikan persiapannya. Dia mengenakan pakaian indah hari itu, karena setelah pesta dia ingin melakukan apa yang harus dia lakukan dengan apa yang dia temukan. Sidi mengajak ibunya keluar, mak Ona untuk menyapa dan meminta restu. Namun, pagi yang cerah dan masih segar, tiba-tiba berubah menjadi gelap gulita. Mak Ona ditemukan tidak sadarkan diri oleh Varsidi di dapur dengan darah di tangan dan mulutnya. Varsidi langsung membawa ibunya ke puskesmas.