Salah Satu Penyebab Rendahnya Produksi Di Bidang Perikanan Yaitu

Salah Satu Penyebab Rendahnya Produksi Di Bidang Perikanan Yaitu – Indonesia dijuluki ‘Negara Maritim’ karena wilayahnya 70% lautan dan 30% daratan, mempunyai lebih dari 17.000 pulau, dengan garis pantai lebih dari 99.000 km.

Lautan Indonesia yang luas menjadikan Indonesia sebagai negara yang memiliki kekuatan besar di bidang kelautan dan perikanan, dan menurut data Food and Agriculture Organization FAO, pada tahun 2020 industri perikanan Indonesia akan mencapai 6,43 juta ton.

Salah Satu Penyebab Rendahnya Produksi Di Bidang Perikanan Yaitu

Satu-satunya negara dengan hasil tangkapan lebih besar adalah China yakni sebesar 11,77 juta ton. FAO memperkirakan masa depan aktivitas penangkapan ikan di laut global akan meningkat lagi seiring dengan pulihnya negara-negara dari krisis Covid-19.

Kementerian Komunikasi Dan Informatika

Perairan laut Indonesia dikenal sebagai surganya para nelayan di seluruh dunia. Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), ada empat produk andalan Indonesia, yaitu jenis rumput laut, udang, kepiting dan tuna, tuna, dan cakaling.

Sedangkan menurut catatan CNBC Indonesia, Indonesia merupakan produsen ikan tuna terbesar di dunia dengan rata-rata produksi tahun 2012-2018 sebesar 628.329 ton. Jumlah ini setara dengan 17% produksi global.

Sumber daya ikan yang melimpah tidak mendukung tingginya konsumsi ikan oleh masyarakat, khususnya generasi milenial. Tercatat dalam data BPS, konsumsi pada tahun 2021 mencapai 55,37 kg/kapita. Angka tersebut meningkat 1,48% dibandingkan tahun lalu yang sebesar 54,56 kg/kapita.

Dari segi tren, angka konsumsi ikan nasional tampak meningkat dalam satu dekade terakhir. Pada tahun 2011, angka konsumsi ikan nasional sebesar 32,25 kg/kapita. Artinya, jumlah konsumsi ikan nasional pada tahun 2021 meningkat sebesar 69,17% dibandingkan 10 tahun lalu.

Kajian Isu Kolaborasi Hima Ikm Unand X Envihsa Fkm Ui Ocean Emergency

Dari segi wilayah, konsumsi ikan tertinggi di Maluku pada tahun lalu sebesar 77,49 kg/kapita/tahun, posisi ini meningkat dari tahun lalu yang menduduki peringkat kedua AKI sebesar 73,82 kg/kapita/tahun.

Posisi kedua ditempati oleh Maluku Utara dengan rata-rata konsumsi ikan sebesar 75,75 kg/kapita/tahun. Setelah itu ada Kalimantan Utara yang rata-rata konsumsi ikannya sebesar 73,94 kg/kapita/tahun.

Kemudian, rata-rata konsumsi kalori per kapita ikan di Kepulauan Riau sebesar 71,61 kg/kapita/tahun. Di Sultra rata-rata konsumsi ikan mencapai 70,95 kg/kapita/tahun.

Rata-rata konsumsi ikan di Sulut sebesar 67,28 kg/kapita/tahun, meningkat dibandingkan tahun lalu sebesar 66,82 kg/kapita/tahun. Posisi tersebut disusul Belitung Bank Islands dan Sulawesi Selatan dengan rata-rata konsumsi ikan sebesar 67,16 kg/kapita/tahun dan 66,81 kg/kapita/tahun.

Baca juga  Bakal Biji Dan Bakal Buah Terdapat Pada Bagian Tanaman

Prinsip Perikanan Berkelanjutan Belum Populer

Sedangkan rata-rata konsumsi ikan terendah pada sepuluh besar data adalah Provinsi Aceh dan Gorontalo dengan angka konsumsi ikan sebesar 66,21 kg/kapita/tahun dan 65,54 kg/kapita/tahun.

Sedangkan jumlah minimum konsumsi ikan adalah DI Yogyakarta yaitu 34,82 kg/orang. Urutan teratas adalah Lampung dengan perkiraan konsumsi ikan sebesar 36,66 kg/kapita.

Data yang disajikan menunjukkan konsumsi ikan tidak merata di seluruh Indonesia. Pemerintah melalui KKP menargetkan konsumsi ikan pada tahun 2022 sebesar 59,53 kg/kapita/tahun.

Bahkan, untuk mencapai tujuan nasional MMR, Direktorat Jenderal Peningkatan Daya Saing Produksi Kelautan dan Perikanan (PDSKP) terus memperluas kampanye Jerman di 34 negara bagian, menyasar daerah rawan gizi buruk dan bayi lahir mati. tingkat konsumsi ikan sebesar 62,5 kg. /orang pada tahun 2024.

Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah Dinas Kelautan Dan Perikanan

Pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan juga berupaya memberikan berbagai pelatihan pengolahan hasil produksi ikan sebagai bagian dari strategi KKP untuk mencapai tujuan mengkonsumsi ikan.

Jika dilihat secara regional, konsumsi ikan sebagian besar berada di wilayah dekat laut. Sehingga tidak ada masalah kekurangan ikan dan tidak terdistribusinya dengan baik antar daerah.

Ada beberapa alasan makan ikan di Indonesia. Pertama, tidak diperlukan infrastruktur untuk mendistribusikan ikan berkualitas tinggi kepada konsumen, termasuk infrastruktur dan pendukung pasar modern, minimnya tempat penyimpanan es, atau tidak adanya lemari es di kapal.

Umur simpan produk ikan segar cenderung pendek, sehingga pengolahan ikan dari kapal hingga ke konsumen harus dilakukan secara efisien di sepanjang rantai nilai. Jika tidak, kualitas ikan akan menurun dan konsumsi ikan akan terpengaruh.

Buletin Xiii Desember 2021

Kedua, beberapa jenis makanan laut berkualitas seperti tuna, udang, kepiting, gurita, dan sotong banyak dijual di pasar internasional. Hal ini berkontribusi terhadap konsumsi makanan laut berkualitas tinggi di Indonesia. Konsumen lokal sering kali menganggap makanan laut berkualitas biasa-biasa saja atau buruk.

Ketiga, masyarakat lebih menyukai daging ikan. Dalam masyarakat agraris, daging sapi, unggas, telur, dan susu lebih disukai dibandingkan ikan. Faktanya, protein ikan lebih tinggi (52,7%) dibandingkan daging sapi (19,6%) serta telur dan produk susu (23,2%).

Di sisi lain, pemerintah harus memperhitungkan bahwa penangkapan ikan ilegal menyebabkan penurunan ketersediaan, keberlanjutan, dan kualitas ikan laut, yang pada akhirnya berdampak pada konsumsi.

Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan, beberapa hasil laut yang bernilai tinggi telah menurun di laut akibat penangkapan ikan yang berlebihan.

Baca juga  Seng Pada Anggrek Seperti Logam Pada

Daya Dukung Kelautan Dan Perikanan

Terakhir, penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya mengonsumsi ikan. Saat ini terdapat beberapa kampanye yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap konsumsi ikan, baik di tingkat nasional maupun daerah, seperti gerakan Ikan Gemar Makan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Dengan upaya tersebut dipadukan dengan peta jalan peningkatan konsumsi ikan dalam negeri secara tepat, prospek konsumsi ikan Indonesia akan terus meningkat. Indonesia. Berbagai permasalahan masih menyelimuti kehidupan nelayan di negeri ini. Apa saja permasalahan yang dihadapi nelayan Indonesia? Apakah ada solusinya?

Kementerian Komunikasi dan Informatika dan Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia sedang berupaya memetakan permasalahan yang dihadapi nelayan di negeri ini. Permasalahan yang pertama adalah mengenai harta benda, diantaranya masih sulitnya nelayan mendapatkan bantuan perahu, tidak semua nelayan mendapatkan asuransi jiwa yang diberikan KKP, harga solar yang mahal.

Jadi permasalahan berikutnya adalah sektor keuangan. Nelayan dikatakan masih kekurangan modal untuk melakukan penangkapan ikan (seperti peralatan kelautan). Masih adanya penggunaan tenaga surya oleh pihak yang tidak berkepentingan. Nelayan juga masih minim pengetahuan mengenai pemanfaatan pendapatannya untuk pengembangan usaha.

Strategi Pengembangan Ekonomi Banyumas: Memanfaatkan Keunggulan Dan Peluang Halaman All

Penting juga untuk mencari solusi permasalahan di bidang perikanan, dimana akses nelayan Indonesia terhadap informasi cuaca, pasang surut air laut dan arah angin masih terbatas. Sehingga informasi mengenai distribusi ikan masih sangat umum, respon terhadap keadaan darurat masih rendah, dan ketersediaan informasi ikan yang dibutuhkan pasar masih rendah.

Permasalahan berikutnya yang dihadapi nelayan Indonesia adalah pengalihan dan pengelolaan, dimana informasi mengenai lokasi dan kapasitas cold storage masih terbatas. Sehingga masih kurangnya cold storage di pelabuhan, dan kualitas hasil tangkapan akan menurun jika penjualan dan cold storage tidak terjamin. Permasalahan terakhir adalah pada aspek pemasaran dimana nelayan tidak mengetahui nilai pasar dari hasil tangkapannya sehingga dapat menyebabkan perubahan harga. Setelah itu terjadi hambatan pada saluran distribusi, dan kurangnya dukungan terhadap pengembangan pemasaran elektronik, salah satu sektor terpenting di Provinsi Kalimantan Selatan adalah sektor perikanan dan kelautan. Potensi perikanan Kalimantan Selatan meliputi garis pantai sepanjang 1.330 km, perairan umum 1.000.000 hektar, tambak 2.400 hektar, tambak 53.382 hektar, dan ladang 3.752 hektar. Produksi perikanan Kalimantan Selatan pada tahun 2013 sebesar 339.437,3 ton, terdiri dari hasil tangkapan ikan 241.704,2 ton dan budidaya perikanan 97.733,1 ton. Produk perikanan laut memberikan kontribusi terhadap pembangunan sektor perikanan dan kelautan.

Sebagian besar produksi perikanan di Kalimantan Selatan masih terkonsentrasi pada kebutuhan dalam negeri sehingga upaya pemasaran ekspor perikanan belum berkembang dengan baik. Oleh karena itu, pemerintah negara bagian selalu mendukung pengembangan produksi perikanan dengan berbagai cara, seperti pelatihan dan pengembangan cara penangkapan ikan yang ramah lingkungan, subsidi kapal penangkap ikan, pengembangan infrastruktur ekonomi, dan pembangunan fasilitas pengolahan ikan, untuk mencapai hasil tersebut. ditemukan tidak hanya bahan mentah tetapi juga produk olahan.

Baca juga  Apa Yang Dilakukan Pembuat Iklan Untuk Mencapai Tujuannya

Produksi penangkapan ikan di laut pada tahun 2013 sebesar 176.691,4 ton. Penangkapan ikan di laut hanya dilakukan di Banjar, Barito Kuala, Tanah Laut, Kabupaten Tanah Bumbu dan utama di Kabupaten Kotabaru. Jenis ikan yang ditangkap adalah cumi-cumi, kepiting, udang windu, kakap, kerapu, lele, dan lain-lain.

Pdf) Kajian Strategi Pengembangan Industri Pengolahan Ikan Di Kota Palopo Provinsi Sulawesi Selatan

Dari hasil penangkapan di perairan umum (antara lain sungai, danau, kolam, rawa dan saluran irigasi teknis) jenis ikan tertentu seperti betok, gabus, nila, ular, baung, lele, sepat rawa, sepat siam, lele, lais, raksasa. udang dll. Pada tahun 2013 produksi ikan di perairan umum sebesar 65.012,7 ton.

Kapasitas budidaya ikan tambak tersebut mencapai 39.558,3 hektare, dimana 538,1 hektare diantaranya telah termanfaatkan. Produksi ikan yang dipelihara di tambak pada tahun 2013 sebanyak 37.157 ton, dimana sebanyak 21.485,2 ton didatangkan dari kabupaten Banjaar. Jenis ikan yang sering dibudidayakan di kolam, seperti ikan nila, ikan gurame, lele, gurami, betok dan kera.

Kalimantan Selatan mempunyai potensi waduk seluas 84.998 hektar. Luas lahan yang terpakai mencapai 16.457,1 hektar. Kegiatan budidaya tambak menghasilkan produk seperti udang, bandeng, dan kakap putih. Untuk produk udang diupayakan produksi udang windu.

Budidaya ikan penangkaran merupakan salah satu kegiatan pertanian yang dilakukan masyarakat Kalsel mengingat daya tampung air masyarakat yang besar yaitu 1.000.000 hektar. Tingkat pemanfaatan lahan usahatani keramba di Kalimantan Selatan adalah 87.699 m2 dengan produksi 26.915 ton.

Salah Satu Penyebab Rendahnya Produksi Yaitu

Budidaya ikan di Kalimantan Selatan berkembang pesat di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Hulu Sungai Selatan, Tabalong dan Banjar. Sementara itu, net farming berkembang pesat di Provinsi Banjar. Jenis ikan yang paling banyak dibudidayakan adalah betok, ikan gabus, nila, ikan mas, dan lele.

Potensi budidaya perikanan di Provinsi Kalimantan Selatan seluas 8.905 hektar. Luas lahan tersebut seluas 123 hektare atau 1,38% yang termanfaatkan sebanyak 2.426,2 ton. Budidaya laut yang umum dilakukan di Kabupaten Kotabaru, seperti keramba jaring apung (KJA), rumput laut.

Salah satu hambatan pelaksanaan otonomi daerah di indonesia yaitu, salah satu penyebab penyakit bronkitis yaitu, salah satu strategi mobile marketing yaitu, leukemia adalah salah satu jenis kanker yaitu, salah satu gejala berat asma yaitu, salah satu gejala anemia yaitu, salah satu tanaman apotek hidup yaitu, salah satu cara menjaga kesehatan pernapasan yaitu, leukimia disebabkan oleh salah satu sel darah yang berkembang pesat yaitu, salah satu penyebab dari kanker paru yaitu, salah satu cara mencegah penyakit tbc yaitu, salah satu manfaat kunyit yaitu