Pelukis Ini Membuat Lukisan Hanya Untuk Kepuasan Batinnya Saja

Pelukis Ini Membuat Lukisan Hanya Untuk Kepuasan Batinnya Saja – Artikel ini perlu diedit untuk memenuhi standar Wikipedia. Tidak ada alasan yang diberikan. Silakan sebarkan artikel ini sebanyak-banyaknya. Artikel dapat diatur dengan wiki atau dengan membagi artikel menjadi paragraf. Jika sudah, hapus template ini. (Pelajari bagaimana dan kapan harus menghapus template pesan ini)

Sik W. Martowjojo (Ma Yongqiang/马永强) adalah seorang pelukis Indonesia yang dijuluki “The Drunken Pit”. Sik lahir di Malang, Jawa Timur pada tanggal 24 September 1937. Ia merupakan pelukis Indonesia pertama yang berhasil memamerkan lukisannya dan mendapatkan 2 (dua) penghargaan dari Louvre Internationals Arts di Carrousel du Louvre, Paris, Perancis 11-14 Desember 2014. [1] [2] Ia juga memenangkan hadiah lain di kompetisi melukis internasional. Selain dikenal dengan gaya melukisnya yang memadukan teknik melukis Barat dan Timur, Sik juga piawai dalam filsafat dan puisi. Saat ini, Sik tinggal di Jogja.

Pelukis Ini Membuat Lukisan Hanya Untuk Kepuasan Batinnya Saja

Sik lahir di Malang, Jawa Timur, Indonesia pada tanggal 24 September 1937 dari seorang ayah bernama Bhe Hwie Kwan. Ayah Sik, yang menyukai sastra, memperkenalkan Sik pada budaya Tiongkok dan buku-buku karya ahli lukis Tiongkok seperti Qi Baise. Sejak kecil, Sik juga tertarik dengan kaligrafi China dari gurunya Siau Besin. Hasil pendidikannya yang sarat nilai seni membuat Sik mencintai seni lukis, kaligrafi, sejarah, sastra dan filsafat baik di Timur maupun di Barat.[3] Diarsipkan 9 Oktober 2016 di Wayback Machine.

Interview With Local Talent

Pada tahun 1960, Sik mengajar di sekolah Tionghoa, tetapi setelah Gerakan 30 September (G30SPKI), pemerintah Orde Baru membatasi perkembangan budaya Tionghoa, dan banyak lukisan, buku, bahkan ijazah Sik dibakar dan dihancurkan. Akibat sistem politik yang kurang kondusif, hingga tahun 1990, Sik berada dalam ruang hampa. Meski terus melukis secara diam-diam, ia tidak mengadakan pameran publik.

Sejak kecil, Sik telah mengamati lukisan para master lukis Tiongkok seperti: Qi Baise, Xu Beihong, Lie Keran, Fu Bause, Zhang Daqian, Zhao Wuji dan Zhu Dequn. Kemudian pada tahun 1993, Sik berkunjung ke China untuk melihat langsung dan mempelajari berbagai karya master seni lukis China.

Di awal tahun 90-an, Sik pun memutuskan untuk pindah tempat tinggalnya ke Jogja. Pembaharuan dan perbaikan suasana politik, kenyamanan hidup di Jogja, dan inspirasi yang dibawanya dari China, kembali mendorong Sika untuk menampilkan karya-karyanya ke publik.

Baca juga  Gambarlah 4 Model Jaring-jaring Kubus

Alhasil, pameran perdana Siko diadakan di Griya Kencana, Jogja pada tahun 1998. Pameran ini cukup berhasil membangkitkan semangat Siko untuk melukis dan berkarya dengan kepuasan batin.

Soal Pas Seni Budaya Kelas Xii Smstr 1 2019

Sik menikah dengan Lili Indraginarni Kalapaaking dan memiliki seorang putri Dhyani Paramita Kalapaaking. Pada tahun 2009, istri tercintanya meninggal dunia. Perasaan kehilangan membuat Sik kembali merasa tertekan dan hampa. Namun pada tahun 2012, dengan dorongan teman dan penggemar karyanya, Sik bangkit dan mulai berkarya. Hingga saat ini, Sik telah menghasilkan ratusan karya.

Sik pada pameran lukisan di Louvre, Prancis, 2014, dengan lukisan berukuran 2x7m berjudul “The Street” yang memenangkan penghargaan Medalle d’Orc

Lukisan Sik dibuat menggunakan tinta cair (cat air) dengan ubi/kuas (kaligrafi China) di atas kertas bambu (Xien Ze) dengan teknik sapuan kuas atau Yi Chi Ho Chen (sekali nafas). Sik menggabungkan teknik melukis Barat dan Timur dan memasukkan unsur-unsur Impresionisme Barat ke dalam lukisan tinta Tiongkoknya. Ia berhasil menciptakan penemuan baru berupa lukisan tinta dan cat air. Kritikus seni terkemuka China, Liu XiLin dalam pameran di Monumen Milenium China (2006) menyebut gaya lukisan Sik sebagai perpaduan gaya impresionisme, ekspresionisme, dan abstrak yang dipadukan dalam gaya pribadi Sik yang unik. Gaya khas Siko terbentuk setelah bertahun-tahun bergelut di dunia seni lukis dan kaligrafi menggunakan tinta dan cat air. [4]

Lukisan Sik berbicara banyak tentang lanskap dan lanskap ruang. Keindahan alam yang diwakili oleh Sik menawarkan simbol kebijaksanaan dan keteduhan, seperti halnya alam itu sendiri. [5] Diarsipkan 9 Oktober 2016, di Wayback Machine.[6]

Seni Rupa: Pengertian, Unsur, Prinsip, Fungsi, Jenis & Contoh

Sik mengagumi karya-karya master lukis Indonesia seperti: Affandi, Sudjoyono, Hendra Gunawan dan Wayat serta master lukis China seperti: Qi Baise, Xu Beihong, Lie Keran, Fu Bause, Zhang Daqian, Zhao Wuji dan Zhu Dequn. Sik juga mempelajari banyak karya master seni lukis Barat. Sang maestro lukis ini menjadi inspirasi bagi setiap karyanya.

Menggunakan teknik sapuan kuas membutuhkan keahlian khusus karena melukis di atas kertas tipis Xien Ze dengan kuas Cina besar cenderung merobek permukaan kertas. Tingkat kesulitan akan meningkat bila dilakukan secara besar-besaran. Beberapa lukisan Siko berukuran cukup besar bahkan ada yang mencapai 7 meter. Oleh karena itu, Sik harus menguasai kombinasi koreografi, teknik tenaga dalam dan kung fu. Di selembar kertas berukuran 2×5 meter, ia menggambar selama 8 jam nonstop dalam posisi setengah jongkok. Fitur lain dari Sik adalah mencampur warna langsung pada kuas tanpa menggunakan palet khusus.

Baca juga  Jelaskanlah Interaksi Yang Terjadi

Selain melukis, Sik juga seorang penyair. Dia mengagumi puisi kuno dari penyair besar seperti: Li Tai Bo dan Su Tong Bo, Du Fu dan penyair lainnya. Itu sebabnya beberapa lukisan Sik juga menggunakan bait bersajak yang sama sebagai judul puisi pendek Puisi pendek ini menggambarkan filosofi lukisannya.

Sejak tahun 1950, Sik telah melukis, dan sejak tahun 1998, Sik telah mengadakan sekitar 20 pameran tunggal dan beberapa pameran bersama di Indonesia, Singapura, Malaysia, Prancis, dan negara lain.

Majalah Ellipsis Edisi 004

Ia merupakan pelukis Indonesia pertama yang mengadakan pameran tunggal di National Museum of Art of China (NAMoC) pada tahun 2007 dan memamerkan karyanya di Louvre Internationals Arts, Paris, Perancis selama 2 (dua) tahun berturut-turut. Pelukis dari lebih dari 40 negara membawa lebih dari 600 karya ke pameran di Louvre, dan setiap seniman hanya diperbolehkan memamerkan satu atau dua karya. Namun, pada pameran keduanya (11-14 Desember 2014), Sik berhasil menampilkan 21 karya [7]

[8] ia bahkan mendapat ruangan khusus untuk memajang karya-karyanya. Sik mengusung tema ‘Enlightenment from the East’ atau ‘Enlightened Orientalism’ dalam pameran bergengsi ini. Dalam ajang ini, lukisan berjudul “Jalan”, lukisan hitam putih berukuran 2 x 7 meter karya Sik pada tahun 2004, berhasil meraih Gold Painting Award. Dia juga menerima “Medalle d’Orc” untuk juara umum.[9][10] Diarsipkan 9 Oktober 2016 di Wayback Machine.

Selain penghargaan yang diterimanya dari Louvre, Sik juga mendapatkan beberapa penghargaan atas lukisannya dalam pameran di National Museum of Art of China (NAMoC) – Beijing pada tanggal 1 Mei 2007. Pameran bergengsi ini dibuka oleh 9th Vice Presiden Parlemen China, Wang Wen Yen dan Wakil Duta Besar Indonesia, Mohamad Oemar. Karena dianggap berhasil melakukan reformasi di bidang seni dan budaya, Sik menjadi satu-satunya orang dari luar Tiongkok yang ditunjuk sebagai peneliti di Akademi Seni Tiongkok (Pusat Penelitian Seni Republik Rakyat Tiongkok) di Beijing, mulai Tahun 2007, pengalaman baru bagi saya. Apalagi saya bukan orang yang bisa menggambar. Di bidang seni, saya kebanyakan berurusan dengan sastra, terkadang dengan teater.

Maka saya cukup kaget ketika M Anis meminta saya untuk membantu menyiapkan katalog Indonesia Art Mart atau Pasar Seni Lukis Indonesia (PSLI) ke-11 yang berlangsung pada 12-21 Oktober 2018 di JX International Surabaya. Karena hubungan baik dan keseruan pengalaman baru, saya menerima tawaran M Anis.

Kdgqu11 Seni Budaya

Saya pun mulai menulis satu per satu tentang gambar-gambar yang akan dimasukkan ke dalam PSLI. Tentu saja saya menulis apa yang saya bisa.

Karena Anda bukan orang yang artistik, tulisannya mungkin terlihat kikuk. Kesalahan dalam penggunaan istilah teknis juga mungkin terjadi. Yang jelas, tulisan saya ini hanya sepintas lalu.

Baca juga  Sebutkan Perbuatan Yang Dilarang Berkaitan Dengan Kuburan

Saya tentu berterima kasih kepada M Anis karena telah memberi saya kesempatan. Terima kasih juga kepada pelukis yang bersedia berkoordinasi dengan baik.

Nah, setelah hampir 3 tahun sejak PSLI 2018, tiba-tiba saya teringat ayat-ayat tersebut. Entah bagaimana, saya ingin memposting ulang.

Soal Kelas 9

Merak pada dasarnya adalah burung ‘syantik’ (sedikit meminjam nama penyanyi Sita Badriah). Apalagi saat bulu ekornya tumbuh, warnanya berlapis-lapis rapi, indah dan semarak.

Namun bagaimana jika tiba-tiba warna seluruh tubuh merak menjadi putih (albino)? Dia masih cantik. Kalau tidak percaya, lihat saja foto-foto Abdul Basit atau biasa dipanggil Usit.

Menggunakan background hitam, seniman asal Bandung ini melukiskan burung merak putih. Seluruh tubuh berwarna putih. Kepala, badan, bulu, batang dan benang halus berserat di ujungnya. Burung merak lebih anggun dan anggun dalam warna putih. Karena Usit mengerjakannya dengan detail.

Bahkan, Usit secara tidak sengaja menemukan seni menggambar burung merak. Seni itu otodidak. Modal hanya bakat dan ketekunan. Jadi, dia suka mendengar pendapat orang. Suatu hari, dia bertemu dengan seorang teman. Seorang teman terkesan dengan lukisan burung merak karya Usit. Sejak saat itu, Usit mempelajari keindahan merak dan karakternya. Dan terus jelajahi berkat yang Tuhan berikan kepada burung merak.

Dumaipos 9 Desember 2014 By Dumai Pos

Lukisan Agus Yusuf selalu terlihat rapi. Komposisi warna, gradasi dan guratannya lembut. Ada kesan bahwa Agus selalu mempertimbangkan efek artistik secara terukur.

Begitu juga dengan pemilihan objek gambar. Misalnya saat melukis bunga, Agus memilih bunga yang mekar. Ibarat buah, buah sudah matang dan siap dikunyah. Agus sepertinya selalu membangun dunia ideal lewat gambar. Dunia tempat dia muncul sempurna.

Siapa sangka, lukisan itu bukan dibuat oleh tangan-tangan terampil. Agus diuji Tuhan karena terlahir tanpa kedua tangan. Dan Agus lulus ujian dengan hampir sempurna. Meski tanpa tangan, Agus tetap bisa membuat gambar yang indah. Caranya, gigit kuas, celupkan ujungnya ke dalam cat, lalu aplikasikan ke kanvas. Sesekali Agus memegang kuas dengan kedua kakinya.

Berkat perjuangannya, Agus menjadi anggota tetap Asosiasi Seniman Lukis Mulut dan Kaki (AMFPA) yang berbasis di Swedia. Dan Agus menerima pembayaran tetap dari VDMFK setiap bulan.

Melukis Keindahan Hidup

Tentu saja, jalan proses kreatif pelukis asal Madiun, Jawa Timur ini tidaklah mudah. Agus selalu meningkatkan keterampilan dan kepekaan seninya. Dia

Lukisan pelukis indonesia, pelukis lukisan abstrak, lukisan pelukis terkenal, hanya saja, lukisan dari pelukis indonesia, perpisahan ini hanya sementara saja, siapa pelukis lukisan monalisa, nama pelukis lukisan monalisa, lukisan karya pelukis indonesia, pelukis lukisan monalisa, lukisan karya pelukis terkenal, lukisan dari pelukis terkenal