Menurut Dahrendorf Yang Termasuk Konflik Dalam Peran Sosial Adalah Konflik

Menurut Dahrendorf Yang Termasuk Konflik Dalam Peran Sosial Adalah Konflik – Berbagai kondisi sosial menimbulkan konflik. Perbedaan antar individu saat berinteraksi, seperti ciri fisik, pengetahuan, kebiasaan, dan keyakinan, mendasari konflik. Tahukah anda apa yang dimaksud dengan konflik sosial? Di bawah ini penjelasan lebih detail mengenai konflik sosial.

Konflik sosial dalam masyarakat sangat bervariasi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, serta kelompok dengan kelompok. Kontradiksi berasal dari bahasa latin yang berarti keselarasan yang berarti saling menyerang. Beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian konflik sosial:

Menurut Dahrendorf Yang Termasuk Konflik Dalam Peran Sosial Adalah Konflik

Itu. Soerjono Soekanto. Konflik adalah suatu proses sosial di mana individu atau kelompok orang berusaha mencapai tujuan mereka dengan menantang lawan mereka dengan ancaman dan/atau kekerasan.

Artikel Vol 4 Nomor 3 69 76 Pdf

B. Robert M.Z. Bunga pala. Konflik adalah perebutan nilai, status, dan kekuasaan, dan tujuannya bukan hanya mencari keuntungan, tapi juga menundukkan lawan.

C. Bernstein. Konflik merupakan suatu perselisihan atau perselisihan yang tidak dapat dihindari. Konflik ini dapat memberikan dampak positif maupun negatif ketika berinteraksi dengan orang lain.

D. Kamus Nasional Indonesia. Ia menjelaskan, konflik muncul ketika terjadi pertentangan antara dua elemen masyarakat yang mengharuskan salah satunya diakhiri.

Ada banyak pandangan mengenai konflik sosial yang ditunjukkan oleh angka-angka tersebut. Pandangan ini berupaya mengidentifikasi kontradiksi sosial. Pada uraian di bawah ini dapat dibaca beberapa pandangan mengenai konflik sosial yang dikutip dari Harianto (2011).

Teori Konflik Dahrendorf

1) Pandangan tradisional. Pandangan ini menjelaskan bahwa konflik itu buruk, negatif, merugikan, dan harus dihindari. Konflik ini tidak berjalan dengan baik karena buruknya komunikasi dan kurangnya keterbukaan antar individu dalam masyarakat.

2) perspektif antarpribadi. Pandangan ini menyatakan bahwa konflik dipandang sebagai fenomena alam yang terjadi dalam kelompok atau organisasi dalam masyarakat. Pasti ada perbedaan pendapat dalam suatu kelompok atau organisasi yang dapat menimbulkan konflik. Oleh karena itu, konflik hendaknya dijadikan sebagai pendorong perubahan dalam suatu kelompok atau organisasi.

3) Perspektif interaksi. Pandangan ini mendorong terjadinya konflik antar kelompok atau organisasi. Menurut pandangan ini, konflik harus dijaga agar dapat menumbuhkan sikap kritis, kreatif, dan penuh semangat dalam suatu tim atau organisasi.

1) Pandangan tradisional. Pandangan ini meyakini bahwa konflik dapat dihindari dengan meminimalkan terjadinya konflik dalam suatu kelompok atau organisasi.

Baca juga  Sebutkan Ciri-ciri Makhluk Hidup

Lkpd Konflik Sosial

2) Perspektif modern. Pandangan ini menjelaskan bahwa konflik tidak bisa dihindari. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti struktur organisasi, perbedaan tujuan, perbedaan persepsi dan nilai.

1) Pandangan tradisional. Pandangan ini memandang konflik sebagai sesuatu yang buruk dan harus dihindari. Dari sudut pandang ini, konflik dihindari karena dianggap sebagai faktor yang dapat menyebabkan bubarnya suatu kelompok atau organisasi.

2) Pandangan kontemporer. Pandangan ini memandang konflik sebagai bagian yang tidak bisa dihindari dalam interaksi manusia.

Menurut Koser, konflik dalam masyarakat muncul dari adanya kelompok marginal yang mempertanyakan legitimasi alokasi sumber daya yang langka (Ranjabar, 2013). Koser berpendapat bahwa konflik tidak selalu bersifat negatif, namun konflik dapat memperkuat dan menciptakan keharmonisan dalam suatu kelompok. Suatu kelompok dapat berfungsi dalam jangka waktu lama atau cepat dan dipengaruhi oleh banyak faktor. Dikutip dari Ranjabar (2013), ada tiga faktor yang mempengaruhi masih adanya konflik di masyarakat:

Ralf Dahrendorf: Proses Konflik Sosial Merupakan Kunci Bagi Struktur Sosial

C. Konflik dengan kelompok lain menimbulkan solidaritas dalam kelompok tersebut, dan solidaritas menimbulkan solidaritas dengan kelompok lain.

Itu. Bentrokan Realitas. Dalam “Kamus Sosiologi” (Haryanta, 2012), konflik sebenarnya adalah konflik yang timbul karena frustrasi dalam hubungan pribadi atau kelompok, serta harapan akan manfaat atau kebutuhan yang terjadi dalam hubungan sosial. Misalnya, contoh konflik nyata adalah aksi mogok kerja terhadap manajemen perusahaan yang menuntut kenaikan upah.

B. Konflik yang tidak nyata. Konflik irasional merupakan konflik yang muncul bukan karena adanya konflik tujuan, namun karena adanya kebutuhan untuk meredam ketegangan (Haryanta, 2012). Contoh konflik yang tidak realistis adalah ketika masyarakat yang buta huruf mempunyai ilmu sihir yang digunakan untuk membalas dendam.

Karl Marx melihat konflik sosial sebagai konflik kelas. Komunitas yang berkonflik dikendalikan oleh kelompok dominan. Dibentuklah partai yang dikuasai oleh partai dominan dan partai yang berkuasa. Kedua belah pihak mempunyai kepentingan yang berbeda atau bertentangan sehingga menimbulkan konflik. Fakta dari teori Karl Marx (Ranjabar, 2013):

B2.1. Suplemen Konflik

Karl Marx dikutip Harianto (2011) yang menjelaskan adanya kelas objektif. Kelas ini dapat dibagi menjadi minat terbuka dan minat laten. Oleh karena itu, semua sistem sosial harus kompatibel dan mengandung potensi kepentingan yang sama. Kelompok-kelompok ini biasanya disebut pseudogroups. Dalam kamus sosiologi (Haryanta, 2012), kelompok palsu adalah kelompok yang terdiri dari orang-orang yang bersifat sementara, tanpa struktur, afiliasi, kesadaran dan aturan. Kelompok palsu ini terdiri dari kelompok kontrol dan kelompok kontrol.

Apa pendapat Dahrendorf tentang konflik sosial? Awalnya Dahrendorf memandang teori konflik sebagai teori parsial yang digunakan untuk menganalisis fenomena sosial. Dahrendorf melihat masyarakat memiliki dua sisi yang berbeda: konflik dan kerja sama. Berdasarkan gagasan tersebut, Dahrendorf menyempurnakan dan menganalisis fungsi struktural untuk memperoleh teori konflik yang lebih baik.

Baca juga  Panjang Pendek Lagu Disebut

Dahrendorf menggunakan teori perjuangan kelas Marxisme untuk mengembangkan teori kelas dan konflik kelas dalam masyarakat industri saat ini. Perjuangan kelas dalam masyarakat modern didasarkan pada penguasaan kekuasaan.

Dahrendorf memperkenalkan pemikiran fungsionalis tentang struktur dan fungsi masyarakat dengan teori konflik antar kelas sosial. Dehrendorf tidak memandang masyarakat sebagai sesuatu yang statis, namun dapat diubah melalui konflik sosial. Secara sosiologis, konflik adalah suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa berupa suatu kelompok), dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkan atau melumpuhkannya. Tidak ada masyarakat yang tidak pernah mengalami konflik dengan anggotanya atau dengan kelompok sosial lainnya, dan konflik tersebut akan hilang begitu saja ketika masyarakat tersebut tidak ada lagi.

B_8a8a475c 745c 4f40 Bfb9 Cb9fb91a17e4

3 Konflik disebabkan oleh perbedaan karakteristik individu dalam berinteraksi satu sama lain. Perbedaan tersebut meliputi ciri fisik, kecerdasan, pengetahuan, kebiasaan dan kepercayaan. Dengan menambahkan karakteristik individu pada karakteristik sosial, konflik menjadi norma di semua masyarakat, dan tidak ada masyarakat yang pernah mengalami konflik dengan anggotanya sendiri atau dengan kelompok sosial lain, dan konflik berhenti hanya ketika masyarakat tidak ada lagi. Kontradiksi adalah anti integrasi. Konflik dan integrasi memainkan peran siklus dalam masyarakat. Konflik yang terkendali mengarah pada integrasi. Sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna menimbulkan konflik.

Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap konflik adalah perbedaan individu, termasuk perbedaan sikap dan emosional. Setiap orang adalah individu. Artinya setiap orang mempunyai pendapat dan perasaan yang berbeda-beda. Perbedaan sikap dan perasaan terhadap suatu hal atau lingkungan nyata dapat menimbulkan konflik sosial, karena dalam pelaksanaan hubungan sosial seseorang tidak selalu dapat menyesuaikan diri dengan kelompoknya. Misalnya saja ketika Anda memutar musik di suatu pemukiman, tentu saja reaksi setiap penghuninya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu dengan kebisingan itu, namun ada pula yang menikmatinya.

Seseorang sedikit banyak dipengaruhi oleh pola pikir dan sikap kelompoknya. Perbedaan pendapat dan sikap tersebut menimbulkan perbedaan individu yang pada akhirnya menimbulkan konflik.

Emosi, sikap, dan latar belakang budaya manusia berbeda-beda. Oleh karena itu, pada saat yang sama, setiap orang atau kelompok mempunyai kepentingan yang berbeda-beda. Terkadang orang dapat melakukan hal yang sama tetapi untuk tujuan yang berbeda. Misalnya saja perbedaan kepentingan pemanfaatan hutan. Tokoh masyarakat memandang hutan sebagai kekayaan budaya yang merupakan bagian dari budaya dan harus dilindungi, bukan ditebang. Para petani menebang pohon-pohon tersebut karena dianggap sebagai penghalang dalam bercocok tanam atau berladang.

Baca juga  Al Imran Juz Berapa

Pdf) Dinamika Konflik Dan Adaptasi Pedagang Keliling Dalam Masyarakat Modern: Perspektif Sosiologi Konflik Dahrendorf

7 Bagi pengusaha kayu, pohon ditebang dan kayunya diekspor untuk menghasilkan pendapatan dan menciptakan lapangan kerja. Sedangkan bagi pecinta lingkungan, hutan merupakan bagian dari lingkungan hidup dan wajib dilindungi. Di sini jelas terdapat perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya sehingga menimbulkan konflik sosial di masyarakat. Konflik yang disebabkan oleh perbedaan kepentingan juga meluas ke bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya. Demikian pula, mungkin terdapat konflik antar kelompok atau antara kelompok dengan individu, seperti konflik antara kelompok karyawan dan kontraktor karena perbedaan kepentingan. Pekerja menginginkan upah yang layak, sedangkan pengusaha ingin menikmati keuntungan besar dan memperluas cakupan dan ukuran usahanya.

Perubahan merupakan hal yang lumrah dan wajar, namun jika perubahan terjadi secara cepat atau tiba-tiba, maka dapat menimbulkan konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi secara tiba-tiba, konflik sosial dapat muncul karena nilai-nilai lama masyarakat tradisional, yang biasanya bersifat agraris, dengan cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai variabelnya adalah nilai gotong royong, sama dengan nilai kontrak kerja dengan upah disesuaikan dengan jenis pekerjaan. Hubungan kekerabatan menjelma menjadi hubungan terstruktur dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kolektif digantikan oleh nilai-nilai individualisme dan penggunaan waktu, yang cenderung tidak diterjemahkan secara kaku ke dalam pembagian waktu yang kaku, seperti pekerjaan dan waktu luang di dunia industri. Mereka berusaha menolak adanya perubahan karena perubahan tersebut, jika terjadi secara cepat atau tiba-tiba, akan menumbangkan proses sosial masyarakat bahkan menghancurkan tatanan kehidupan masyarakat yang ada.

Jenis-jenis konflik Menurut Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu konflik antar atau dalam peran sosial (hubungan personal), seperti konflik peran keluarga atau profesional (konflik peran), konflik antar kelompok sosial (antarkeluarga, antar geng). Konflik antara kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi dan pemain). Konflik antar suku (kampanye, perang saudara) Konflik antar agama Konflik antar politik.

Beradaptasi dengan realitas kelompok yang lebih intim bergantung pada pengetahuan atau keterampilan

Macam Macam Bentuk Konflik Sosial Menurut Para Ahli

Berikut yang termasuk permasalahan sosial adalah, konflik sosial dalam masyarakat, konflik sosial yang terjadi di indonesia, teori konflik menurut ralf dahrendorf, teori konflik sosial menurut para ahli, yang termasuk etika sosial, peran sosial dalam masyarakat, peran pendidikan dalam perubahan sosial, yang termasuk sosial media, konflik sosial adalah, konflik sosial yang terjadi dapat disebabkan oleh adanya perbedaan, contoh konflik sosial dalam masyarakat