Mengapa Latief Hendraningrat Membawa Samurai

Mengapa Latief Hendraningrat Membawa Samurai – Abdul Latief Hendraningrat : Pengibaran Bendera Pusaka pada 17 Agustus 1945. Dr. Nidjo Sandjojo. 2011. Jakarta: Perpustakaan Sinar Harapan.

Tokoh Abdul Latief Hendraningrat mempunyai semboyan hidup yaitu “tenang dalam tidak mementingkan diri sendiri”, namun sebagai seorang pejuang harus melakukan “rame in gabu” (kerja keras/usaha).

Mengapa Latief Hendraningrat Membawa Samurai

Pada saat Proklamasi Kemerdekaan diumumkan pada tanggal 17 Agustus 1945, beliau kebetulan sedang tinggal dan bertugas di Jakarta, sehingga beliau berkesempatan untuk mengikuti peristiwa bersejarah tersebut bersama teman-temannya dari Daidan (Syuu Jakarta Booei Giyugun Dai I Daidan), antara lain Mantan. . Shodancho Singgih.

Trah Soekarno Jangan Pernah Lupakan Jasa Para Keturunan Arab, Sejarah Mencatat Bung Karno Pernah Berpesan Agar …

“Saat Bung Karno selesai membacakan teks proklamasi, tiba-tiba ada pemuda-pemuda yang antri. Pemuda itu membawa nampan Dwiwarna yang terlipat rapi. Tanpa sadar, nampan yang berisi bendera itu langsung diserahkan. oleh pemuda itu. Langsung kita tahu maksudnya. Dalam hal ini kitalah yang membawa bendera. Dan untuk itu kita bersedia, dengan ikhlas, asal Indonesia bisa merdeka, ”ujarnya

Selanjutnya buku ini membahas tentang masa pensiunnya yang belum memahami “Post Power Syndrome”, menjadi seorang wirausaha dan menceritakan kisah kesehariannya hingga akhir hayatnya. Buku ini juga bercerita dari sudut pandang jurnalis yang menilai seorang tokoh, Abdul Latief Hendraningrat. Ada pula catatan kronologis perjalanannya sebagai perwakilan MBKD (Markas Komando Jawa) di Jawa Timur pada serangan militer Belanda kedua. Terakhir ada tulisan Bu Muljati.

Tertarik dengan penjelasan lebih lanjut? Yuk kunjungi perpustakaan atau akses versi digitalnya di https://katalog.kemdikbud.go.id/ untuk melanjutkan membaca buku Siapakah Tokoh Pengibar Bendera Merah Putih saat pertama kali dikibarkan pada 17 Agustus 1945. ? Simak selengkapnya pada artikel di bawah ini, yuk!

Selamat Hari Kemerdekaan Indonesia ke-78! Apakah Anda pernah menjadi salah satu petugas upacara pada 17 Agustus? Bagian mana? Pembawa acara? Atau lebih keren lagi mengibarkan bendera?

Tokoh Pengibar Bendera Merah Putih Saat Proklamasi Kemerdekaan 1945

Wah, kalau kamu seorang pengibar bendera atau paskibra (pasukan pengibar bendera) dengan bahasa kerennya, berarti kamu sudah menjalankan peranmu dengan baik sebagai generasi penerus pembawa bendera di hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia.

Oleh karena itu, Anda patut mengenal orang-orang yang pertama kali mengibarkan bendera merah putih pada Proklamasi Kemerdekaan tahun 1945. Siapa?

Baca juga  Pengertian Kebutuhan

Dahulu pada awal kemerdekaan anggotanya hanya berjumlah 3 orang, yang pertama adalah pembawa bendera, yang kedua adalah penarik tiang bendera, dan yang ketiga adalah pembawa bendera.

Melihat namanya yang berbau “mulia”, orang yang mendengar nama itu pasti langsung mengira kalau dia pasti orang Jawa. Namun tidak dengan Latief, ia lahir di Jakarta pada 15 Februari 1911.

Sejarah Upacara Bendera Hut Ri Pertama & Tentang Bapak Paskibraka

Nama keluarga tersebut memiliki unsur luhur karena ayahnya adalah seorang demang (sekarang mungkin seperti Pak Camat) yang tinggal di kawasan Jatinegara, Jakarta Timur.

Di PETA, Latief menduduki posisi Komandan Kompi atau Komandan Batalyon tingkat bawah, yang merupakan jabatan tertinggi dalam pangkat.

Sebelum proklamasi 17 Agustus 1945, Latief turut berperan dalam mendesak Soekarno-Hatta saat itu agar segera mendeklarasikan kemerdekaan. Saat Proklamator ‘diculik’ ke Rengasdengklok, Latief bertugas menjaga tempat penempatan Proklamasi.

Dikutip dari kompas.com, sesaat setelah proklamasi diumumkan, Latief disuguhi nampan berisi bendera yang telah dijahit oleh Fatmawati, istri Sukarno.

Tujuan Rengasdengklok: Kronologi Dan Tokoh Penting

Suhud merupakan sahabat dekat Latief, sayangnya tidak banyak literatur yang menceritakan tentang kehidupannya. Suhud lahir pada tahun 1920. Ia merupakan anggota barisan pionir yang didirikan Jepang. Dia meninggal pada tahun 1986 pada usia 66 tahun. Dalam buku sejarah, nama Suhud selalu disandingkan dengan Latief sebagai pembawa bendera.

Padahal, sebelum memulai tugas mulianya pada 17 Agustus 1945 sebagai pembawa panji, Suhud juga mempunyai peranan yang cukup penting. Pada hari proklamasi, 14 Agustus 1945, Suhud dan beberapa anggota barisan depan ditugaskan untuk mengurus keluarga Soekarno.

Namun pada 16 Agustus, Suhud tertangkap karena Soekarno diculik oleh sekelompok pemuda (Sukarni dan Chaerul Saleh). Inilah awal mula Rengasdengklok.

Kalau kamu pernah membaca artikel Sayuti Melik di blog ini pasti sudah tidak asing lagi dengan SK Trimurti lho! Ya, dia adalah istri juru ketik Proklamasi, Sayuti Melik. Trimurti ternyata secara tidak langsung adalah pembawa bendera. Sebelumnya, dia ditunjuk untuk mengibarkan bendera.

Latief Dan Soehoed Pengibar Bendera Saat Proklamasi

Namun, setelah Soekarno membaca teks proklamasi dan selanjutnya berdoa, ia menyarankan agar pengibaran bendera dilakukan oleh satu prajurit saja. Akhirnya Latief dan Suhud lah yang mengibarkan bendera merah putih.

Maka dari itu, kalau di sekolahmu ada paskibra, biasanya ditengahnya ada 2 laki-laki dan 1 perempuan. Petugas laki-laki bertugas menarik gagang bendera dan mengibarkan bendera, sedangkan petugas perempuan bertugas membawa bendera dan memegang gagang bendera.

Baca juga  Sudut Yang Besarnya Kurang Dari 90 Dinamakan Sudut

Nah, itulah 3 Tokoh Pengibar Bendera Merah Putih Saat Proklamasi Kemerdekaan NKRI Tahun 1945. Tak Salah Jika Bermimpi Menjadi Anggota Paskibra Istana Kepresidenan Semasa NKRI . upacara kemerdekaan. Jangan lupakan aktivitas utama yaitu di sekolah.

Kini tidak perlu lagi malas belajar karena adanya aplikasi. Video pembelajaran menarik tentang sejarah Indonesia dapat Anda saksikan di ruang belajar. Deskripsi dari “Saya bertanggung jawab atas keamanan, upacara yang sangat penting yang meresmikan lahirnya negara baru: Indonesia Merdeka.”

Dari Bkr Hingga Tni

Terjadi pemberontakan pada bulan Agustus 2008. Seorang bernama Ilyas Karim mengaku sebagai pembawa bendera pada upacara proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 di Pegangsaan Timur No. 56Jakarta. Pengakuan itu meresahkan Citroseno Hadiningrat. Ia tak ingin anak cucunya salah memahami kisah proklamasi kemerdekaan.

Peristiwa proklamasi dan pengibaran bendera ini diabadikan oleh fotografer Frans Mendur. Gambar-gambar itu dimasukkan ke dalam buku sejarah. Dalam gambar pengibaran bendera terlihat dua orang pengibar bendera dikelilingi oleh Sukarno, Mohammad Hatta, Fatmawati dan SK Trimurti. Wajah Latief Hendraningrat yang mengenakan seragam prajurit sukarelawan Pertahanan Tanah Air (PETA) terlihat jelas. Sementara itu, wajah pelepas bendera yang kedua, seorang pemuda bercelana pendek, tidak terlihat karena membelakangi kamera. Pemuda tersebut adalah Soehoed Sastrokoesoemo dari Jalur Pelopor.

Dalam pengakuannya, Ilyas Karim menyebut dirinya dan Latief Hendraningrat mengibarkan bendera merah putih saat acara proklamasi 17 Agustus 1945. Jadi bukan Soehoed.

Latief Hendraningrat lahir di Meester Cornelis (sekarang Jatinegara) pada tanggal 11 Februari 1911. Ia merupakan putra dari Raden Mas Mochamad Said Hendraningrat dan Siti Hairani. Ayahnya menjabat sebagai asisten Meester Cornelis (sekarang Jatinegara). Ibunya meninggal saat Latief baru berusia satu tahun. Ayahnya kemudian menikah lagi dengan Raden Ajeng Mimi, cucu Bupati Garut, dan dikaruniai tiga orang anak, Rukmiati, Rukmito Hendraningrat, dan Siti Salamah.

Detik Detik Latief Hendraningrat

Sebagai manajer, karier Said Hendraningrat terbilang sukses. Ia pernah menjadi jaksa di Blora sebelum pindah ke Batavia (Jakarta) menjadi wakil kepala jaksa di Meester Cornelis, asisten polisi, kemudian polisi di Batavia.

Tumbuh di keluarga bangsawan, Latief berkesempatan mengenyam pendidikan. Sekolah dasar beliau berada di Europeanse Lagere School (ELS) di Jakarta, Pasuruan dan Cianjur. Kemudian masuk SMP (MULO) di Bandung. Di sana Latief tinggal di rumah paman Pak. Iskaq Tjokrohadisurjo, salah satu pendiri Persatuan Nasional Indonesia yang kemudian menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI) bersama Soekarno, Mr. Sartono, Bapak Sunario Sastrowardoyo dan lain-lain.

“Saya mendapat pendidikan nasional darinya. Saya juga tergabung dalam organisasi pramuka National Padvinder Organization (NPO) di bawah pimpinan Bapak. “Soenario menumbuhkan semangat kebangsaan saya,” kata Latief dalam buku tersebut

Baca juga  Uraikan Perbedaan Antara Bidang Dengan Bentuk Yang Anda Ketahui

Pada tanggal 25 Maret 1920 diumumkan bahwa Raden Hendraningrat diberhentikan dengan hormat dari dinas negara karena kurang rajin. Namun Rukminto Hendraningrat, adik Latief, ayah sama tapi ibu berbeda, ada di buku.

Mengapa Latief Hendraningrat Membawa Samurai?​

Said Hendraningrat sudah tak lagi menjadi PNS, ia memboyong keluarga dan tinggal di Desa Glenmore, Kecamatan Kalibaru, Banyuwangi – kini Glenmore sudah menjadi sebuah kecamatan. Said kemudian bergabung dengan gerakan nasional. Kata Rukminto bersama Dr. Slamet Sudibyo, Soekirman Kartosoediro, AD Kansil dan beberapa orang lainnya yaitu Said bergabung dengan Persatuan Nasional Indonesia (PBI) sekitar tahun 1933. PBI kemudian bergabung dengan organisasi lain menjadi Partai Indonesia Raya (Parindra).

Latief masih bisa menyelesaikan MULO yang diselesaikan di Malang. Ia kemudian masuk SMA Algeemene Middelsbare Skole (AMS) di Malang. Sebagai pemuda yang gemar berorganisasi, Latief aktif di Jong Java dan Paguyuban Moeda Indonesia.

Latief lulus AMS Bagian B pada tahun 1933. Ia kemudian berangkat ke Jakarta untuk belajar di Rechts Hogeschool (RHS) atau Sekolah Tinggi Hukum. Latief baru belajar selama satu tahun. Ayahnya tidak mampu lagi membayar biaya sekolah.

“Kemudian saya aktif di bidang pendidikan dan menjadi guru bahasa Inggris di Sekolah Tinggi Rakyat dan Muhammadiyah. Bersama Perguruan Tinggi Nasional Taman Siswa,” kata Latief.

Peristiwa Proklamasi Tak Hanya Milik Laki Laki

Selain mengajar, Latief aktif di Soeryawirawan, kelompok pramuka Parindra. Di karang taruna ini, Latief sebelumnya menjabat sebagai ketua tim dan wakil ketua cabang Jakarta.

Di People’s College, Latief mengembangkan minatnya terhadap seni. Dalam pementasannya di Jakarta pada bulan Februari 1935, Latief menulis lakon tentang kekuatan iblis yang mempermainkan jiwa manusia. Kinerja dengan partisipasi perwakilan PID diterima dengan baik. “Pemeran di nomor ini semuanya sempurna. Bahkan sang pembangun tebing, Pak Raden Mas Abdul Latief Hendraningrat pun patut berbangga dan memuji,” tulis surat kabar itu.

Pertunjukannya meliputi tari Jawa, lagu Sunda, lagu Indonesia Raya dengan seruling bambu, dan teater. “Pertunjukan memuaskan ini semua diorganisir dan disutradarai oleh Raden Mas Abdul Latief Hendraningrat, dosen Universitas Rakyat. (Di PR lebih dikenal dengan Latief). Pujian yang besar harus diberikan kepadanya. ” tulisnya

Karena kemampuan bahasa Inggrisnya dan pengetahuannya tentang seni, Latief ditunjuk oleh pemerintah kolonial untuk memimpin kelompok seni pada Pameran Dunia I New York di Amerika Serikat pada tahun 1939. Kelompok seni ini terdiri dari 11 orang, dua orang. yang perempuan. Latief bertugas menjelaskan budaya Indonesia yang dipamerkan kepada para pengunjung.

Wali Kota Medan Kukuhkan 42 Anggota Paskibraka

Dalam hal ini Kerajaan Belanda mempunyai pendopo yang terbagi menjadi tiga, yaitu Kerajaan Belanda sendiri, Hindia Belanda dan

Foto latief hendraningrat, biografi latief hendraningrat