Apa Saja Bagian Rumah Adat Mbaru Niang Dan Fungsinya

Apa Saja Bagian Rumah Adat Mbaru Niang Dan Fungsinya – Mbaru Niang, Pembangunan Rumah Adat Manggarai (Waerebo Part2) Diposting: July 28, 2016 in News n Funs Tag: Destinasi Wisata Nusa Tenggara Timur, Pembangunan Mbaru Niang, Mbaru Niang, Rumah Adat Waerebo, Waerebo

Desa Waerebo pertama kali terlihat dari pos 3 Rumah Kasih Ibu yang merupakan pos terakhir. Garis 7 Mbaru Niang berbentuk tiga perempat lingkaran. Sekitar pukul 17.35, langkah kaki memasuki rumah model beratap pelana dan beratap daun lontar ini. Salah satu temannya pun bertepuk tangan sebelum memasuki Waerebo. Artinya, masyarakat Tanah Air sudah sadar akan kedatangan pengunjung dan siap menyambutnya. Asal tahu saja, wisatawan tidak boleh membiarkan masyarakat Waerebo hidup di depan kamera sebelum masyarakat Waerebo makan.

Apa Saja Bagian Rumah Adat Mbaru Niang Dan Fungsinya

Kurang dari 15 menit berjalan kaki menuruni bukit dan Anda akan sampai di desa Waerebo. Tempat itu mulai tertutup kegelapan malam karena waktu sudah menunjukkan pukul 18.00. Jalan setapak ini terletak di salah satu Mbaru Niang yang berada di tengah-tengah Mbaru Niang 7. Rumah tersebut dinamakan Mbaru Gendang, yaitu rumah induk dan rumah orang pertama yang menyambut pengunjung. Rumah adat Waerebo terbagi menjadi 2 yaitu rumah induk (Rumah Gendang) dan 6 rumah Mbaru Gena (rumah pendamping) dengan nama rumah Mbaru Gena Mandok, Jintam, Ndorom, Jekong, dan Maro dengan menggunakan rumah Maro. . rumah tamu.

Rumah Adat Desa Wae Rebo Sebagai Warisan Arsitektur Vernakular

Karena banyaknya wisatawan pada hari kami tiba, rombongan harus menunggu giliran. Memiliki keunikan tersendiri dan disambut baik oleh para veteran di setiap kelompok atau kelompok yang datang, berapapun jumlah kelompoknya. Memasuki rumah induk, Anda akan melihat perempuan-perempuan sedang memasak di tengah-tengah rumah induk dan seorang lelaki tua duduk di tengah-tengah rumah menghadap ke pintu. Resepsi diawali dengan sambutan sesepuh dalam bahasa Manggarai. Setelah itu, anggota masyarakat Waerebo lainnya yang tinggal bersama para mantan sesepuh pun mengungkap kebenaran cerita selama keempat rombongan tersebut menghadiri pertemuan Pak Waerebo.

Resepsi selesai dan kami diperbolehkan mengambil gambar desa Waerebo. Sembari menunggu rumah tersebut menjadi tempat tinggal, banyak pertanyaan yang diajukan kepada sesepuh dan banyak pula pengambilan gambar di dalam rumah Mbaru Gendang. Rumah adat ini bisa disebut rumah Gendang karena di dalam rumah ini terdapat gendang yang digantung di tengah-tengah rumah, sering digunakan gugurnya dalam upacara adat.

Baca juga  Cinta Produk Dalam Negeri Bisa Kita Terapkan Mulai Dari

Beruntung sekali rombongan bisa ditempatkan di rumah Gena meski rombongan terpecah menjadi dua rumah berbeda. Negosiasi pribadi berhasil setelah pertama kali diumumkan bahwa kelompok yang terdiri dari 22 orang akan ditempatkan di rumah media karena kelompok sebesar itu tidak dapat ditampung dalam satu rumah dan banyak wisatawan akan datang. . Waerebo di tempat yang sama. hari.

Saat memasuki salah satu Mbaru Gena, Anda akan melihat lantai kayu yang dilapisi karpet sebagai pondasi sisi kiri dan kanan rumah. Sembari menunggu makanan ibu siap, secangkir kopi arabika hangat pun disuguhkan. Saya bukan seorang peminum kopi, sehingga saya tidak bisa membedakan kopi Arabika dari Waerebo dengan kopi dari daerah lain di Indonesia. Kopi sendiri merupakan tanaman yang tumbuh di kebun desa Waerebo. Taman ini dikelola. Terdapat 4 jenis kopi yang dihasilkan yaitu kopi arabika, kopi Robusta, kopi columbia dan kopi luwak. Masyarakat Waerebo juga menjual hasil panennya kepada wisatawan yang berkunjung. Kopi arabika dan kopi Robusta dijual dengan harga Rp 60.000. Kopi Organik merek Columbia dijual Rp 80.000 dan kopi Luwak merek Rp 200.000. Setiap kotak baru dibuat dengan kemasan cantik dan berat setiap kotak 250 g.

Wae Rebo, Tempat Dimana Jatuh Cinta Itu Biasa Saja

Secangkir kopi arabika hangat menghangatkan tubuh dari dinginnya malam di Waerebo. Perbincangan dengan tokoh masyarakat dan seorang nenek warga Waerebo di Mbaru Gena mengisi waktu luang sambil menunggu makan malam. Setelah beberapa saat, panggilan untuk makan malam datang. Jejak kaki mirimipee dengan cepat menuju ke Mbaru Gena lain yang berdiri di samping tempat kami duduk, perutnya meminta makanan.

Ayam goreng dengan labu kuning dan sambal super pedas ada di menunya. Keistimewaan menu ini adalah ibu Waerebo memasak makanannya di tengah rumah dengan menggunakan kayu bakar. Meski proses memasaknya lama, namun makanan yang dihasilkan memiliki cita rasa yang berbeda dan sangat lezat. Mbaru Niang sendiri merupakan rumah yang harus selalu terlindungi dari aktivitas memasak ibu atau kolong rumah untuk melindungi rumah dari serangan nyamuk guna memperpanjang umur Mbaru Niang. .

Baca juga  Lagu Cublak-cublak Suweng Mempunyai Tempo

Setelah mengisi perut, nikmatnya menikmati indahnya malam di Waerebo. Itu adalah malam yang istimewa. Sayang sekali kamera yang dibawa tidak mengabadikan salah satu momen terbaik Waerebo. Keindahan langit malam di Waerebo adalah terlihat jelas bintang-bintang menghiasi langit. Biasanya sebagian besar wilayah Indonesia Timur sangat menakjubkan di malam hari karena tidak banyak polusi dan alamnya masih asri. Udara malam yang dingin akhirnya membawa jejak kaki itu kembali ke Mbaru Gena tempatnya menginap. Mayat itu dengan cepat jatuh ke lantai kayu berkarpet di sudut dekat pintu.

Alarm berbunyi sekitar pukul 05.00. Banyak teman-teman yang terlihat salat subuh di Mbaru Gena tempat mereka tinggal. Aku segera berlari menuju pemandian umum dekat Mbaru Gena, khususnya guest house. Nah, jika Anda mengira MCK di Waerebo akan bermasalah, Anda salah besar. Karena terdapat 2 kamar mandi umum dan masing-masing 3 kamar, dekat dengan Mbaru Gendang (bangunan induk) dan dekat dengan Mbaru Gena untuk guest house. Kamar mandinya juga modern dengan 1 ruang tamu, 1 unit ruang tamu, dan 1 kamar mandi terpisah.mesin air dipompa melalui pipa hdpe menuju kamar mandi dari sumber air. Ada juga septic tank, di belakang kamar mandi. Meski baru, namun rumahnya tetap menghormati gaya rumah Waerebo yang unik dengan desain lengkung berbentuk kerucut dan atap daun lontar.

Life Is About Living Your Journey: August 2017

Pekerjaan kelistrikan di Waerebo menggunakan listrik dan dilakukan pada malam hari. Selain itu, di setiap Mbaru Niang terdapat pembangkit listrik berdaya rendah untuk banyak lampu di dalam rumah. Nampaknya pemerintah telah menjadikan Waerebo sebagai salah satu tempat terbaik di Indonesia dan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pembangunan jalan sepanjang 3 kilometer dekat pos 1 di Wae Lomba, fasilitas toilet dan air bersih, listrik, serta ketersediaan puskesmas dan rumah media menjadi bukti nyata.

Tempat terbaik melihat matahari terbit di Waerebo adalah dari tokonya. Dari sana, matahari perlahan mencapai basisnya dari balik pegunungan hijau yang mengelilingi Waerebo. Bulan berubah warna menjadi oranye-kuning yang indah, menyinari tujuh Mbaru Niang. Dari ruang baca terlihat potongan Mbaru Niang mengepulkan asap tanda memasak di dapur masing-masing rumah. Pekerjaan ini tidak disia-siakan untuk mengunjungi wisatawan, termasuk saya. Banyak foto yang diambil untuk memperingati kunjungan ke desa pedesaan ini.

Baca juga  Sel Merupakan Pembangun Tubuh Organisme Hidup Sehingga Sel Dikatakan Sebagai

Sebagai orang yang menyukai keunikan Mbaru Niang, saya pun melakukan sedikit riset mengenai arsitektur dan konstruksi rumah adat ini.

Mbaru Niang berasal dari bahasa daerah yang berarti rumah tinggi (Mbaru = rumah; Niang = tinggi). Setiap Mbaru Niang mempunyai 5 level dan role yang berbeda-beda, seperti:

Rumah Wae Rebo

Jika dilihat langsung dari Mbaru Niang terlihat pondasi rumah tua ini ditanami kayu (menurut informasi yang diterima, pondasi kayu tersebut ditanam pada kedalaman 2 meter) dan dilapisi plastik dan ijuk agar nyaman. . tidak akan menyentuh tanah untuk memperpanjang umur pondasi. Tiang utama berupa worok kayu dengan panjang 15 meter yang dipasang di tengah bangunan dan ditopang oleh 8 tiang yang mengelilingi lantai satu. Atapnya sendiri merupakan kumpulan alang-alang berdiameter 80mm, 116 buah dengan panjang vertikal berbeda, diikat dengan tumpukan rotan di sekeliling rumah. . Atapnya sendiri ditutupi daun palem yang ditumbuhi pohon palem. Yang membuat Mbaru Nianga unik adalah sambungan rumahnya tidak dilubangi, melainkan menggunakan sistem pasak, peniti/peniti, dan diikat dengan tali rotan.

Di bawah ini adalah video menarik yang dibuat oleh akun @Vidour dari Youtube tentang proyek restorasi Mbaru Niang yang dimulai oleh Rumah Asuh Mbaru Niang yang merupakan rumah adat di desa Manggarai yang terletak di Desa Wae Rebo, Desa Satar Lenda, Kecamatan Satar Mesa, Kabupaten Manggarai.

Nama Mbaru Niang mempunyai dua kata, Mbaru dan Niang. Kata Mbaru berarti rumah sedangkan kata Niang berarti panjang dan bulat. Nama ini mengacu pada bentuk Mbaru Niang yang artinya kerucut yang mengapung di atasnya. Kemunculan Mbaru Niang dimaknai sebagai pandangan hidup masyarakat Manggarai di desa Wae Rebo. Masyarakat Manggari percaya bahwa keseimbangan ada pada lingkaran. Bentuk rumah dan kampung buatan masyarakat Manggarai ini memiliki desain melingkar.

Mbaru Niang membangun tujuh rumah yang disusun melingkar di dataran tersebut. Di tengah lingkaran terdapat sebuah altar yang disebut Compang. Compang merupakan pusat dari tujuh Mbaru Niang, tempat paling suci bagi masyarakat Manggarai di Wae Rebo. Altar Compang digunakan untuk memuja Tuhan dan roh nenek moyang.

Fungsi Rumah Adat Dan Contohnya

Mbaru Niang terletak di komunitas tradisional suku Manggarai

Bagian hplc dan fungsinya, bagian biola dan fungsinya, rumah adat mbaru niang, bagian kacamata dan fungsinya, bagian apar dan fungsinya, bagian jantung dan fungsinya, rumah adat dan fungsinya, bagian tubuh dan fungsinya, bagian scaffolding dan fungsinya, bagian gigi dan fungsinya, bagian genset dan fungsinya, bagian mikropipet dan fungsinya