Sebutkan Tokoh Pengibar Bendera Merah Putih Pada Saat Proklamasi Kemerdekaan

Sebutkan Tokoh Pengibar Bendera Merah Putih Pada Saat Proklamasi Kemerdekaan – Seorang pengunjung memberi hormat pada bendera merah putih yang dipasang di Poetoek Sukoon Trawas, Mojokerto, Jawa Timur, Minggu (16/8/2020). Foto: Zabur Karuru/ANTARA FOTO

Dalam setiap perayaan hari ulang tahun Republik Indonesia (HUT RI) selalu ada perayaan dan salah satu tugasnya adalah mengibarkan bendera. Bendera merah putih dikibarkan oleh pelempar bendera.

Sebutkan Tokoh Pengibar Bendera Merah Putih Pada Saat Proklamasi Kemerdekaan

Namun tahukah Anda bahwa pada saat proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, hanya ada 3 orang yang tugasnya mengibarkan bendera.

Hut Ri Ke 77, Kapolda Jabar Bersama Forkopimda Hadiri Pengibaran Bendera Merah Putih

Mengutip Ruangguru, orang pertama bertindak sebagai pembawa bendera, kemudian orang kedua bertindak sebagai tali tiang bendera, dan orang ketiga bertindak sebagai pembawa bendera.

Lantas siapa saja tiga orang yang mengibarkan bendera saat Proklamasi Kemerdekaan tahun 1945? Yuk, temui tiga karakter ini.

Karakter pertama adalah Latief. Pria kelahiran 15 Februari 1911 ini merupakan anak dari seorang bapak yang menjabat sebagai bupati di Jatinegara, Jakarta Timur.

Dia mendaftar di pelatihan militer yang dibuat oleh Dai Nippon, Sinen Kunrenshoo (Pusat Pelatihan Pemuda) pada tahun 1942 dan bergabung dengan PETA (Pembela Tanah Air). Di PETA, dia adalah komandan kompi atau satu tingkat di bawah komandan regu, yang merupakan jabatan tertinggi saat itu.

Peran Tokoh Di Atas Dalam Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Adalah​

Sebelum pengumuman, Latief termasuk salah satu orang yang meminta Soekarno dan Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Kemudian, saat Sukarno diculik di Rengasdengklok, Latief juga yang bertanggung jawab menemukan lokasi iklan tersebut.

Pria lainnya adalah Suhud Sastro Kusumo pada masa kemerdekaan. Namun sayangnya banyak literatur yang tidak menceritakan tentang kehidupan Suhud.

Dia adalah orang yang lahir pada tahun 1920. Ia menjadi anggota Front Perintis yang didirikan oleh Jepang. Dalam buku-buku sejarah, pembawa nama Suhud adalah Latief.

Menjelang Hari Peringatan, tepatnya 14 Agustus 1945, Suhud dan beberapa anggota Front Pelopori ditugaskan untuk menjaga keluarga Soekarno. Namun pada tanggal 16 Agustus 1945, Soekarno diculik oleh sekelompok pemuda dan inilah awal dari peristiwa Rengasdengklok.

Baca juga  Apa Itu Shooting

Abdul Latief Hendraningrat

Tokoh ketiga adalah istri Sayuti Melik, juru ketik iklan tersebut. Trimurti sendiri sebelumnya sudah ditunjuk untuk mengibarkan bendera. Namun, setelah membaca teks pengumuman tersebut, Soekarno menyarankan agar prajurit tersebut mengibarkan bendera.

Hingga akhirnya, Latief dan Suhud mengibarkan bendera merah putih dan Trimurti memegang nampan berisi bendera tersebut. Itu sebabnya sebagian besar sekolah menyebalkan memiliki 2 laki-laki dan 1 perempuan.

Perwira laki-laki yang bertugas mengibarkan tiang bendera dan mengibarkan bendera merah putih. Petugas wanita juga bertanggung jawab membawa bendera dan memegang sabuk bendera. Pengumuman tidak hanya tentang Bung Karno, Mohammad Hatta atau para prajurit yang menjadi pahlawan nasional. Namun, pengumuman itu juga menyangkut Fatmawat dan tiga orang pengibar bendera merah putih.

Seperti diketahui, Fatmawati adalah orang yang menjahit bendera merah putih dalam rangka persiapan Proklamasi Kemerdekaan RI.

Ternyata Ini Tokoh Pengibar Bendera Merah Putih Saat Proklamasi

Pada tanggal 12 September 1944, diadakan pertemuan informal yang dipimpin oleh Sukarno untuk membahas rencana penggunaan bendera dan lagu kebangsaan yang sama di seluruh Indonesia.

Kemudian, atas permintaan Soekarno, Shimizu, ketua Jalur Propaganda Jepang (Sendenbu), Chaerul Basri disuruh mengambil pakaian dari gudang Jalan Pintu Air.

Kemudian Bibi Fatmawati menjahit bendera merah putih dari kain tersebut. Bendera merah putih yang dijahit Fatmawat ini terbuat dari bahan katun Jepang, berukuran 276 x 200 cm.

Dalam perayaan proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, tidak hanya Bung Karno dan Mohammad Hatta yang menjadi sorotan.

Melihat Kembali Sejarah Bendera Merah Putih Sambut Hari Kemerdekaan Indonesia

Namun saat itu, tiga orang lainnya diikutsertakan dalam perayaan proklamasi kemerdekaan. Ketiga angka ini mengibarkan bendera merah putih, yaitu:

Penerbitan buku sejarah SMA kelas XI karya Prof. dr. Habib Mustopo dan kawan-kawan, tepat lima menit sebelum acara pengumuman dimulai, Bung Hatta datang dengan berpakaian serba putih.

Ketika semuanya sudah siap, Latief memberi aba-aba kepada seluruh barisan anak muda dan mereka berdiri tegak.

Latief kemudian bertanya kepada Bung Karno dan Moh. Hatta akan memberikan pidato pengantar singkat, setelah itu teks pengumuman akan dibacakan.

Sang Merah Putih

Seorang wanita muda membawa nampan dua warna yang dilipat rapi. Kemudian kali ini Suhud mengambil bendera dari nampan yang disediakan dan diikatkan ke tali dengan bantuan Latief.

Seorang ibu muda yang membantu Suhud membawa baki bendera adalah SK Trimurti. Sebelumnya, Bung Karno meminta SK Trimurti untuk mengibarkan bendera, namun ia menolak karena operasi harus dilakukan oleh tentara. Jika menengok sekilas sejarah bangsa Indonesia, bendera merah putih pertama kali dikibarkan pada hari kemerdekaan Indonesia yang jatuh pada 17 Agustus 1945, bersamaan dengan pembacaan teks deklarasi. .

Baca juga  10 Juta Dollar Berapa Rupiah

Saat itu, sejak proklamasi kemerdekaan, 3 (tiga) orang perwira mengibarkan bendera merah putih. Mereka bertugas sebagai pembawa bendera, pengibar bendera dan pengangkat tali.

Latief Hendraningrat adalah salah satu Pembela Bumi (PETA) yang bernama lengkap Raden Mas Abdul Latief Hendraningrat. Ia lahir pada tanggal 15 Februari 1911 di Jakarta.

Sejarah Kemerdekaan Indonesia, Ini 3 Tokoh Pengibar Bendera Pertama

Saat pengibaran bendera merah putih, Latief bertindak sebagai pembawa bendera. Ia pun sempat keluar dari PETA dan bergabung dengan TNI, kemudian pada tahun 1952 Latief ditugaskan sebagai prajurit Republik Indonesia di Filipina, namun tidak bertahan lama, akhirnya ditempatkan di Washington DC hingga tahun 1956.

BACA JUGA: Menhub Kakorlantas Polri dan Jasa Raharja tiba di rumah dengan selamat di kilometer 70 tol Cikarang Utama

Sekembalinya ke Indonesia, Latief terpilih menjadi Kepala Akademi Staf dan Komando Angkatan Darat, yang saat ini dikenal sebagai Seskoad. Dalam dunia pendidikan, beliau juga pernah menjadi rektor IKIP Jakarta atau sekarang Universitas Negeri Jakarta, lebih tepatnya pada tahun 1965.

Selain Latief, teman dekat Latief juga baru pertama kali ikut mengibarkan bendera merah putih. Suhud, pria kelahiran 1920, tergabung dalam Front Pelopor bentukan Jepang saat itu.

Upacara Bendera Hut Ke 75 Kemerdekaan Ri Digelar Terbatas Dan Berbeda

Tiga hari sebelum membacakan teks pengumuman, tepatnya pada 14 Agustus 1945, ia diminta melindungi keluarga Soekarno dari segala ancaman. Namun saat itu Suhud tidak mencurigai Soekarn dan Chairul Saleh yang membawa Soekarno ke peristiwa Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945.

Sore harinya saat Soekarno kembali dari Rengasdengklok, Suhud diminta bersiap mengibarkan bendera merah putih. Dan saat itu dia membuka tiketnya.

Surasri Kusumo (SK) Trimurti atau yang lebih dikenal dengan SK Trimurti merupakan satu-satunya perempuan yang baru pertama kali ikut mengibarkan bendera merah putih.

SK Trimurti adalah seorang guru sekolah dasar dan lahir pada tanggal 11 Mei 1912 di Boyolal, Keski-Jawa (Jawa Tengah). Meski bekerja sebagai guru, ia mengkritik pemerintah kolonial dalam tulisan-tulisannya.

Siapakah Yang Menjahit Bendera Merah Putih? Tengok Sejarahnya

Setelah bebas dari penjara, SK Trimurti menikah dengan Sayuti Melik yang mendirikan Koran Rapid di Semarang, dan koran ini dilarang oleh pemerintah Jepang.

Terlepas dari segala perjuangannya, SK Trimurti tetap ditugasi untuk ikut mengibarkan bendera merah putih. Pada awalnya Soekarno memintanya menjadi pembawa bendera, namun permintaan tersebut ditolaknya karena seorang prajurit harus mengibarkan bendera, dan akhirnya SK Trimurti menjabat sebagai pembawa bendera merah putih. (Hari ini) Jangan pernah meninggalkan sejarah.” Bung Karno, presiden pertama Republik Indonesia, mengucapkan kalimat ini. Itu kata-kata kosong, tetapi memiliki banyak makna. Karena pandangan kita tentang keadaan negara saat ini tidak diragukan lagi mendahului oleh Leluhur dan kakek nenek kita, Rakyat kita yang berjuang untuk kemerdekaan Republik Indonesia, pasti sedih melihat keadaan negara. Dimana korupsi merajalela, keadilan hilang dan kekosongan menjadi setara dan banyak hal lainnya. Saya tidak kenal dengan nama Abdul Latief Hendraningrat, karena menurut semboyan hidupnya yaitu Sepi Ing Pamrih (kondisi atau syarat kosong) dan Rame Ing Gawe (namun sangat aktif) adalah dua hal yang sangat berbeda dengan para pemimpin negeri ini dan masih banyak lagi. orang Indonesia lainnya sekarang… karena dulu para pahlawan berjuang dengan ikhlas dan tanpa pamrih dan hanya memiliki satu tujuan, kemerdekaan negara kesatuan republik indonesia dan masa depan anak-anaknya. melupakan sejarah bangsa ini. banyak orang mengatakan jangan melihat ke masa lalu tapi melihat ke masa depan, menurut saya kalimat ini tidak benar karena tanpa masa lalu tidak ada masa depan.

Baca juga  Berikut Ini Termasuk Peristiwa Pada Hari Akhir Kecuali

Katalog Konten MARC Unduh MARC Format Unicode/UTF-8 MARC MODS Format MODS Dublin Core Format (RDF) Dublin Core Format (OAI) Dublin Core Format (SRW)

$a Jangan pernah meninggalkan sejarah.” Presiden pertama Republik Indonesia, Bung Karno, mengucapkan kalimat tersebut. Itu adalah kata-kata kosong, tetapi memiliki banyak arti. Karena setelah melihat keadaan negara saat ini, para leluhur kita yang mendahului kita dan kakek nenek kita yang memperjuangkan kemerdekaan NKRI pasti miris melihat keadaan negara tersebut. Di mana korupsi merajalela, keadilan menjadi tidak valid dan persamaan tidak valid, dan banyak lainnya. tak banyak orang yang mengenal nama Abdul Latief Hendraningrat. karena menurut semboyan hidupnya yaitu Sepi Ing Pamrih (kondisi atau syarat kosong) dan Rame Ing Gawe (tetapi dia banyak bekerja) adalah dua hal yang sekarang sangat berbeda dengan pemimpin negara ini dan banyak orang Indonesia lainnya saat ini. . karena pada masa lalu para pahlawan berjuang dengan ikhlas dan tanpa pamrih hanya dengan satu tujuan yaitu kemerdekaan negara kesatuan republik indonesia dan masa depan anak cucunya. Makanya kita begitu durhaka mengaku sebagai orang Indonesia dan melupakan sejarah bangsa ini. banyak orang mengatakan jangan melihat ke masa lalu tapi melihat ke masa depan, menurut saya kalimat ini tidak benar karena tanpa masa lalu tidak ada masa depan.

Digelar Di Rtp Amurang, Bupati Minsel Pimpin Upacara Hut Kemerdekaan Ri Ke 77

Pengibar bendera merah putih saat proklamasi, tokoh pengibar bendera merah putih, sebutkan makna proklamasi kemerdekaan, pengibar bendera saat proklamasi, pengibar bendera proklamasi, tokoh proklamasi kemerdekaan, bendera merah putih yang pertama berkibar saat proklamasi yaitu bendera, tokoh proklamasi kemerdekaan indonesia, sebutkan media yang digunakan untuk menyiarkan proklamasi kemerdekaan indonesia, pengibar bendera merah putih, pengibar bendera merah putih pertama, sebutkan makna proklamasi kemerdekaan bagi bangsa indonesia