Sebutkan 3 Upaya Melestarikan Peninggalan Sejarah Agama Hindu

Sebutkan 3 Upaya Melestarikan Peninggalan Sejarah Agama Hindu – Gerbang Bajang Ratu atau disebut juga Candi Bajang Ratu merupakan sebuah gerbang/candi peninggalan Majapahit yang terletak di Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Indonesia.

Bangunan ini diperkirakan dibangun pada abad ke-14 dan merupakan salah satu gerbang besar Zaman Keemasan Majapahit. Menurut catatan Badan Pelestarian Peninggalan Purba Mojokerto, candi/gerbang ini berfungsi sebagai pintu masuk bangunan suci untuk mengenang wafatnya Raja Jayanagara yang dalam Nagarkartagama disebut “kembali ke kerajaan Wisnu” pada tahun Saka 1250 (c. 1328). iklan). Namun sebelum Jayanagara meninggal, candi ini sebenarnya berfungsi sebagai pintu belakang kerajaan. Anggapan tersebut didukung dengan adanya relief “Sri Tanjung” dan sayap pintu gerbang yang melambangkan keberangkatan dan saat ini di kawasan Trevalan sudah menjadi budaya jika bersedih harus melalui pintu belakang.

Sebutkan 3 Upaya Melestarikan Peninggalan Sejarah Agama Hindu

Bajang Ratu dalam bahasa Jawa berarti raja kecil/kerdil/cacat/bangsawan. Dari arti namanya, gerbang ini oleh penduduk setempat dikaitkan dengan Prabu Jayanagara (raja kedua Majapahit) dan para sastrawan Sarat Paraton, ditambah legenda setempat. Konon ketika dinobatkan sebagai raja, Jayanagara masih sangat muda (“Bojang”/”Bajang”) sehingga diyakini bahwa gerbang ini kemudian diberi gelar “Rato Bajang/Bajang Ratu” (yang berarti “yang kecil”). raja “). Berdasarkan legenda setempat, diyakini bahwa ketika ia masih kecil, Raja Jayanagara terjatuh melalui gerbang ini dan merusak tubuhnya, sehingga memberinya nama “Bajang Ratu” (“Raja Cacat”).

Bahan Ajar Ipas Kelas 4 Bab 5 Topik A

Para sejarawan menghubungkan gerbang ini dengan Çrenggapura (Çri Rangkatura) atau Kapopongan di Antawulan (Trowulan), sebuah tempat suci yang disebutkan dalam Kakawin Negarakretagama: “Sira ta dhinarumeng Kapopongan, bhiseka ring crnggapura pratista ring antawulan”, (sacredharmaan). Di sana konon setelah Saka meninggal pada tahun 1250 (sekitar tahun 1328 M), tempat ini dipersembahkan untuk arwah Jayanagara yang telah meninggal. Jayanegara dharmakan di Kopopongan dan dimulai di Antawulan (Trowulan). Reruntuhan bekas candi tempat Jayanegara Dharmakan tidak ditemukan, yang tersisa hanyalah pintu gerbang candi ini dan pondasi bekas pagar. Penyebutan “Bajang Ratu” pertama kali muncul dalam Oudheitkundig Verslag (OV) pada tahun 1915.

Baca juga  Jika Manusia Taat Derajatnya Lebih Mulia Daripada Malaikat Karena

Menurut buku Dr. I.G. Bagus L Arnawa, dilihat dari bentuk gapura atau candi ini merupakan bangunan gapura bertipe “Padorksa” (gerbang atap), secara fisik seluruh candi terbuat dari batu bata merah, kecuali bagian bagian luarnya. lantai tangga serta pintu masuk bawah dan atas terbuat dari batu andesit, tinggi 41,49 m di atas permukaan laut, berarah timur laut-tenggara, Denah candi berbentuk bujur sangkar, berukuran ± 11,5 (panjang) x 10,5 meter (lebar), tinggi 16,5 meter, lebar balai ± 1,4 meter.

Secara vertikal bangunan ini mempunyai 3 bagian yaitu kaki, badan dan atap. Memiliki semacam pagar sayap dan dinding di kedua sisinya. Panjang kaki gapura 2,48 meter. Struktur kaki terdiri dari rangka bawah, badan kaki, dan rangka atas. Bingkai ini hanya terdiri dari beberapa jahitan datar dan dibingkai dalam bentuk lonceng. Pada bagian sudut kaki terdapat hiasan sederhana, kecuali bagian kiri depan yang dihiasi relief bergambar kisah “Sri Tanjung”. Pada bagian badan di atas pintu masuk terdapat relief hias “Kala” dengan hiasan hiasan buah anggur, dan pada bagian atap terdapat relief hiasan rumit, berupa kepala “Kala” yang diapit oleh singa, relief matahari. , kaki. Seekor naga, kepala elang, dan relief atau kacamata berlensa dengan satu mata.. Cyclops. Peranan relief ini dalam kepercayaan budaya Majapahit adalah untuk melindungi dan menangkal bahaya. Di sisi kanannya terdapat relief cerita Ramayana dan ukiran binatang bertelinga panjang.

Letak Candi Bajang Ratu relatif jauh (2 km) dari pusat saluran air Majapahit ke arah timur, kini berada di Duun Kraton Desa Temon, cukup dekat (0,7 km) dengan Candi Tikus. Alasan dipilihnya lokasi ini oleh para arsitek kerajaan Majapahit mungkin untuk mencapai kedamaian dan kedekatan dengan alam namun tetap terkendali, yakni dengan adanya bukti adanya saluran melintang di depan candi dengan jarak sekitar 200 meter yang mencapai. langsung ke tengah. sistem kanal Majapahit yang menunjukkan keterkaitan erat dengan kawasan pusat kota Majapahit.

Baca juga  Toolbar Yang Ditampilkan Secara Default Di Jendela Excel Adalah Toolbar

Pengaruh Hindu Dan Buddha Di Indonesia

Untuk mencapai lokasi Gerbang Bajang Ratu, pengunjung harus berkendara 200 meter dari jalan raya Mojokerto – Jombang, kemudian sampai di pertigaan Kuhuk Ngliguk, belok ke timur sejauh 3 km, di Kraton Kuhuk, Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Gerbang Ratu di Trawalan (bekas ibu kota Kerajaan Majapahit) Masih banyak peninggalan sejarah lainnya dari Zaman Keemasan ketika Kerajaan Majapahit menjadi salah satu kerajaan yang paling disegani di muka bumi.

Berdirinya Candi Bajangratu sendiri belum diketahui secara pasti, namun berdasarkan relief strukturnya diperkirakan candi ini dibangun pada abad ke 13 – 14. Candi ini selesai dipugar dan diresmikan pada tahun 1992 oleh Dirjen. Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Pengaruh besar kebudayaan Majapahit masih terasa pada kepercayaan masyarakat Trevalan. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, merupakan kebiasaan bagi pejabat pemerintah untuk melintasi atau memasuki pintu gerbang Candi Bajang Ratu karena diyakini dapat membawa malapetaka.

Melestarikan peninggalan sejarah, upaya melestarikan lingkungan hidup, teks upaya melestarikan lingkungan hidup, upaya untuk melestarikan lingkungan, sebutkan upaya, upaya melestarikan hutan, upaya melestarikan lingkungan, upaya melestarikan air, upaya melestarikan tanah, upaya melestarikan udara, upaya melestarikan budaya, sebutkan upaya pemerintah dalam melestarikan sumber daya alam