Pertelon Nyaeta

Pertelon Nyaeta – Nama jalan merupakan nama yang diberikan untuk mengidentifikasi suatu jalan, sehingga mudah dikenali dan dicantumkan dalam peta jalan.

Jika anda pernah ke Pantai Pulomerah, Pantai Mustika, Pantai Rajekwesi atau Telok Ijo, jika melalui jalur darat pasti melewati Pertelon (pertigaan) Lowi atau Ong Loh Hwi.

Pertelon Nyaeta

Lokasinya berada di Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi. Nama ini sangat populer di daerah, nama Ong Loh Hwi sangat familiar. Jadi siapa Lowi sebenarnya tidak banyak orang yang mengetahuinya dan berikut sedikit cerita tentang siapa sebenarnya Ong Loh Hwi.

Ngantang Berbagi: Keunikan Telon Ngantang

Nama Lowi sebenarnya adalah nama warga negara asing Republik Rakyat Tiongkok (RRC) yang bermarga Ong dan bernama lengkap Ong Loh Hwi.

Dia meninggalkan negaranya ketika dia masih remaja. Belum diketahui apa penyebabnya, yang pasti dunia sedang bergejolak saat itu.

Pada usia 12 tahun, Ong Loh Hwi memasuki Asia Tenggara, mengadu nasib di Singapura, dan pada usia 16 tahun, memasuki Indonesia dan pertama kali menginjakkan kaki di Muara Enim-Sumatera Selatan.

Namanya disingkat menjadi nama perempatan jalan di kawasan Desa Sumberagung yang biasa disebut Pertelon Lowi atau Pertelon Ong Loh Hwi.

Dukung Giat Positif Dan Edukasi Kamtibmas, Babinsa Hadir Dalam Pengamanan Halal Bihalal Dan Santunan Anak Yatim Paguyuban Penikmat Kopi Di Wedarijaksa Pati

Menurut Abu Amar, warga sekitar yang rumahnya tak jauh dari pertigaan, dulunya tempat tersebut merupakan tempat pemberhentian penumpang angkutan umum. Para pembantu atau supir kerap memberi tahu penumpang sesampainya di tempat itu, “Lowi sudah pergi! Lowi Kiri!” – Dia bilang. Jika diterjemahkan, frasa ini berarti berhenti di Lowi, atau di pertigaan atau Pertelon Lowi.

Baca juga  Gerak Dorongan Saat Meluncur Dilakukan Dengan

Yang pasti di dekat pertigaan itu terdapat rumah kuno yang dibangunnya pada tahun 1935. Rumah ini ia jadikan tempat tinggal sekaligus tempat usahanya yaitu mengukur hasil pertanian (beras) dan kopra. Selain itu, ia juga membuka toko kerajinan tangan yang menjual jajanan anak, buku pelajaran, dan berbagai kebutuhan pokok.

Suatu hari ia bertemu dengan Asijah atau Asiyah, perempuan asal Blitar yang datang ke Banyuwangi sebelum kemerdekaan. Singkatnya, mereka menikah.

Situasi keamanan saat itu masih kritis, kekerasan terjadi dimana-mana, sehingga mereka berpindah-pindah untuk mencari keselamatan. Setelah menikah, Ong Loh Hwi dan istrinya tinggal di Krajan, tempat yang banyak dikenal dengan nama Silir Krajan.

Penjual Soto Ayam Lamongan Cak Mukti Bertempat Di Pertelon Desa Kedungsugo Sangat Ramai Pembelinya

Anak pertama Ong Kim Sing dan anak kedua Ong Kwe Wa lahir di sini. Si sulung, Ong King Sing, tidak banyak bercerita karena meninggal. Sedangkan Ong Kwe Wa masih hidup dan terlihat bugar dan sehat di usianya yang ke 76 tahun,

Ketika mereka bertemu di rumahnya, dia mengatakan bahwa dia masih ingat dengan jelas peristiwa kekerasan di usia dua tahun. Tragedi pembunuhan dan pembantaian yang dilakukan Dollah Sayuti sungguh sangat menakutkan dan memilukan.

Dollah Sayuti adalah seorang pria pribumi yang menjadi antek Belanda yang konon sakti dan berprofesi sebagai pembunuh yang mengerikan.

Dollah Sayuti selalu memenggal kepala korbannya, lalu menempelkan kepalanya pada tongkat kayu dan membawanya sepanjang jalan sambil berteriak “Ikilo Ndas Wedos!, Ikilo Ndas Wedus!” Ong Kwe Wa Dollah mengutip Sayuti saat itu.

Mengapa Disebut Pertelon Lowi

Sementara itu, anak kesembilan Ong Loh Hwi, Ong Siu Lan, 62 tahun, istri Oei Siong Geh, 70 tahun, bernama Jawa Hartono, dipanggil Ko Geh, mengatakan Ong Loh Hwi lebih dulu pulang ke China. menikah dengan Asiya.

Baca juga  Jelaskan 3 Macam Proses Perpindahan Panas

Orang tuanya menikahkannya di negara asalnya, namun tidak bertahan lama, ia kembali ke Indonesia hingga tiba di Banyuwangi dan tinggal di Jajag.

Saat tinggal di Jajag, Ong Loh Hwi dan istrinya di RRT berkomunikasi melalui surat, namun dalam bahasa Mandarin dan aksara yang tidak dipahami Ong Siu Lan, ujarnya.

Istrinya di RRC tidak mau menikah lagi dan memutuskan untuk mengadopsi anak tersebut sejak ditinggal Ong Loh Hwi, ujarnya.

Strolling Arround Losari Beach Sulawesi Selatan✨

Ia menambahkan, Ong Loh Hwi sendiri dikaruniai 8 orang putra dan 4 orang putri dari pernikahannya dengan Asijah/Asiyah, “sehingga mempunyai 12 orang anak”. Semua nama anaknya menyertakan nama keluarga Ong sebagai nama depannya.

“Anak usia 1 hingga 6 tahun bisa mengerti bahasa Mandarin, sedangkan anak usia 7 hingga 12 tahun belum bisa mengerti bahasa Mandarin, tapi bisa mengerti bahasa Jawa,” ujarnya.

Anak-anak hasil pernikahan mereka antara lain anak sulung Ong Kim Sing, anak kedua Ong Kwe Wa, anak ketiga Ong Kim Watt, anak keempat Ong Tjin Liong, anak kelima Ong Chin Hong, anak keenam Ong Chin Hok, anak ketujuh Ong Chin Giok, anak kedelapan Anaknya, Ong Chi Ik, anak kesembilan bernama Ong Siu Lan, anak kesepuluh bernama Ong Chin An, anak kesebelas bernama Ong Chin Cwan, dan anak keduabelas sebagai anak bungsu bernama Ong Chin Sun.

Ong Loh Hwi meninggal pada 28 Juni 1996, dua tahun kemudian istrinya Asijah meninggal di hari yang sama. Dan 7 dari 12 anaknya meninggal dan 3 dari 5 yang masih hidup masih tinggal di sekitar Pesanggaran.

Pecah! Keseruan Fucom 2023

Rumah-rumah peninggalan Ong Loh Hwi masih berdiri kokoh, baik di Dusun Tembakur maupun Dusun Silirbaru. Rumah di Dusun Silirbaru ini merupakan rumah bagi menantunya, Mieling, 48, perempuan asal Surabaya, Kecamatan Sawahan, Kecamatan Sawahan. menikah dengan Ong Chin Cwan, anak kesebelas dari Ong Loh Hwi.

Baca juga  Apa Itu Seni Rupa

Dari pernikahan Mieling yang dipanggil Cik Fang dan Ong Chin Cwan yang dipanggil Cowot, mereka dikaruniai 3 orang anak, yang pertama Ratna, yang kedua Andreas, dan yang ketiga Jessica. Dua anaknya sedang belajar atau kuliah.

“Itu adalah nama panggilan dari saya kecil, karena itu melekat pada diri saya hingga saat ini dan saya gunakan untuk memberi nama usaha saya ‘Mie Cik Fang’.” Dia bilang dia bertemu dengannya di tempat kerja.

Selain itu, mengenai Ong Loh Hwi, setelah ia membangun rumah di Desa Sumberagung pada tahun 1935, ia menetap di sana. Boleh dikatakan beliau merupakan salah satu sesepuh yang sudah ada bahkan sebelum desa Sumberagung, karena jabatan kepala desa pertama kali dijabat oleh TAJAB yang memerintah pada tahun 1948 hingga tahun 1957 dengan program andalannya, pada tahun 1950 dilakukan reklamasi lahan. untuk pertama kalinya, dan ia menjalani banyak kasus ketika ia sedang dalam perjalanan menuju Indonesia Merdeka pada tahun 1945.

Konser Musik Nusantara Siap Ramaikan Puncak Gelegar Cuan Pln Mobile

Menurut Ong Kwe Wa, Kepala Desa Tajab pernah mengalami perampokan yang diingatnya hingga kehilangan nyawa. Banyak cerita menarik yang bisa diceritakan di Sumberagung, seperti kisah Dolah Sayuti yang kiprahnya tidak bisa diketahui secara pasti sehingga sangat ditakuti. Ia dikisahkan sebagai seorang pembunuh berdarah dingin yang gemar membantai orang dengan cara memenggal kepalanya.

Biantara nyaeta, nyaeta, novel nyaeta, warta nyaeta, beluk nyaeta, autobiografi nyaeta, dongeng nyaeta, papasingan nyaeta, pertelon, rumpaka nyaeta, kakawihan nyaeta, leuweung geledegan nyaeta