Peran Pemain Ujungan

Peran Pemain Ujungan – SALTIGA, – Polres Salatiga tampil serius dengan mengalahkan Salatiga Media 8-2 dalam pertandingan sepak bola persahabatan di lapangan bhayangkara Mabes Polri, Jumat (25/11/2022).

Kapolres Salatiga AKBP Indra Mardiana mengatakan, pertandingan sepak bola ini bertujuan untuk mempererat silaturahmi antara Polres Salatiga dengan pekerja media.

Peran Pemain Ujungan

“Sebelum kegiatan sepak bola, kami melakukan latihan pemanasan dengan jalan santai melewati Jl Adi Sucipto – Jl Kridanggo – Jl Tentara Pelajar – Stadion Pancasila kemudian kembali ke Mapolres Salatiga,” ujarnya AKBP Indra mendampingi masing-masing. lainnya. . dan Kepala Humas IPTU Hendri Widyoriani.

Mp1709 By Mpost

AKBP Indra mengungkapkan, sepak bola antara PJU Polres Salatiga dengan berbagai awak media merupakan acara persahabatan. Hubungan ini harus dijaga dengan baik karena di era globalisasi ini perkembangan informasi sangat dibutuhkan oleh masyarakat.

“Kecepatan informasi sampai ke masyarakat tidak lepas dari peran wartawan, padahal media memegang peranan penting dalam menyampaikan informasi apapun kepada masyarakat, jangan sampai masyarakat tersesat atau tertinggal. dijelaskan.

AKBP Indra menambahkan, Polres Salatiga menjalin hubungan baik dengan para pekerja media, karena berita yang ingin kami sampaikan ke publik tidak cukup dengan media sosial Polres Salatiga saja.

“Harapan kami, para insan media terus memberitakan hal-hal baik yang kami lakukan agar informasi atau kegiatan yang kami lakukan sampai dan diterima masyarakat,” harap AKBP Indra.

Tugas Seni 1 Fatimah Triyaningsih 856988626 3b

Surya, Reporter Senior Media Suara Merdeka dan Presiden PWI Salatiga, menyambut baik kegiatan Kapolres Salatiga dan jajarannya Pemdes Babakan Loa membagikan insentif kepada semua lembaga di desa DD Fase Satu 2023 Polres Bondowoso Posyan Gaya Klasik Unik menawarkan kopi dan takjil gratis kepada komuter dari Polres Madiun kota untuk membuat sekat, hindari kemacetan lalu lintas untuk kunjungan Lebaran ke Polda Jatim, Kompolnas awasi pelaksanaan operasi 2023 Ketupat Semeru Tesla Model X ditarik di Amerika Serikat. alasan

// Majalengka. Sampyong Majalengka adalah lomba penyisihan kecepatan dari kabupaten Majalengka. Permainan pukul betis anyaman ini mengisi salah satu acara peluncuran media online bersamaan dengan pertemuan Presiden BM PAN Pasha Ungu dengan MPC Pemuda Pancasila Majalengka. Sabtu (24/9) lalu.

Rombongan Sampyong Jagasatru PP Majalengka di bawah pimpinan Abah Yahya tampak mengejutkan penonton.

Baca juga  Proses Terbentuknya Kelompok Sosial

Abah Yahya melanjutkan, seiring perkembangan jaman, kesenian sampyong semakin terisolir dan digantikan oleh kesenian lain yang lebih modern. Bahkan mungkin generasi sekarang belum tahu apa itu seni sampyong.

Salah Satu Manfaat Hidup Rukun Adalah Titik Titik Persatuan Dan Kesatuan

“Sebagai putra daerah Majalengka, kami akan terus menjunjung tinggi seni sampyong. Kami berharap suatu saat Sampyong akan dikenal di seluruh pulau bahkan di dunia”, jelasnya.

Dalam laporan culture.kemdikbud.go.id, pada tahun 1960 di Cibodas, kabupaten Majalengka, dikembangkan permainan lokal bernama Ujungan. Ujungan adalah permainan ketangkasan dan kekuatan memukul dan dimainkan dengan alat kayu atau rotan sepanjang 60 cm, pemainnya 2 orang, laki-laki dan perempuan. Kedua pemain memakai teregos, yaitu topi yang terbuat dari kain yang diisi dengan bahan lembut sebagai pelindung kepala.

Cara bermain terakhir adalah dua pemain berdiri saling berhadapan. Target memukul lawan tidak dibatasi jumlah dan letaknya. Dari ujung kepala sampai ujung kaki tanpa dipukul dan dipukul atau dipukul sebanyak-banyaknya. Pukulan dihentikan apabila salah satu pemain dinyatakan kalah karena tidak kuat lagi menahan rasa sakit akibat pukulan tersebut. Permainan ini dijalankan oleh seorang wasit bernama malandang.

Ujungan diiringi gamelan Pencak Silat yang dimainkan sepanjang permainan. Kedua pemain itu juga memainkan Ibing Pencak Silat, bahkan malandang, sebagai bagian dari permainan.

Seni Teater Tradisional Yang Berasal Dari Pulau Bintan Adalah ?.

Karena sifat Ujungan yang sangat bebas, permainan ini dianggap sangat berbahaya sehingga tidak banyak orang yang bisa memainkannya. Beberapa tokoh Ujungan kemudian menyederhanakan aturan mainnya, yaitu:

Setelah undang-undang baru dikeluarkan, nama Ujungan diubah menjadi Sampyong. Kata sampyong berasal dari bahasa Tionghoa, sam = tiga dan pyong = pukul. Nama Sampyong diteriakkan penonton China saat menonton pertandingan.

Sebagai seni pertunjukan tradisional, kesenian ini sering dipentaskan pada acara-acara tertentu seperti festival dll.

Tokoh-tokoh : Tokoh-tokoh yang berjasa dalam pengembangan dan pelestarian kesenian sampyong antara lain : Sanen (almarhum), Abah Lewo, Mang Kiyun, mang Karta, K. Almawi, Baron, Komar, Anah, Emin, dan berbagai tokoh lainnya yang tersebar di berbagai daerah Majalengka . . Berkat kesaktian tokoh-tokoh tersebut akhirnya menyebar ke berbagai daerah, antara lain Cibodas, Kulur, Sidangkasih, Cijati, Simpeureum, Pasirmuncang, dan berbagai daerah lainnya. Sebagai penghargaan, kelompok kesenian simpeureum sampyong Mekar Padesaan pernah mewakili Jawa Barat pada ajang pameran seni olah raga di Bali (red). Sejak zaman dahulu, hampir setiap kebudayaan di dunia memiliki ritual ‘memanggil’ hujan. Begitulah orang Indonesia. Berikut ini delapan tradisi ‘panggilan hujan’ di berbagai tempat di pulau yang masih dilakukan hingga saat ini.

Baca juga  50 Hewan Berkaki 4

Jelaskan 4 Pesan Luqman Terhadap Anaknya Yang Tercantum Dalam Alquran

Tradisi ini merupakan tradisi warisan raja Kediri yang terus dilestarikan oleh masyarakat desa Trajak, Boyolali, Tulungagung, Jawa Timur, hingga saat ini. Ketika musim kemarau panjang terjadi dan penduduk kesulitan mendapatkan air, dilakukan ritual cambuk oleh laki-laki dewasa.

Para pria bertelanjang dada, satu per satu, membuang tubuh mereka di tengah lapangan. Dipercayai bahwa arti dari darah yang keluar dari cambuk adalah untuk mendatangkan hujan. Selain di Tulungagung, tradisi yang sama juga terdapat di Trenggalek, yaitu disebut Cambuk Badan Ojung.

Jika tradisi Tiban di Tulungagung menggunakan ranting palem, tradisi mengunjungi Purbalingga dan Banjarnegara, Jawa Tengah menggunakan sebatang rotan. Ritual doa hujan ini dilakukan oleh laki-laki di tengah lapangan. Namun, ritual ini bisa dibilang cukup ketat, karena kunjungan dilakukan dengan hitungan yang tidak biasa. Artinya, jika setelah tiga pukulan pada lawan belum juga turun hujan, maka akan menyusul tujuh pukulan, dan seterusnya.

Tari Sintren o Lais merupakan tarian magis yang diangkat dari kisah cinta Sulasih dan Sulandono. Tarian ini hanya dilakukan pada saat masyarakat mengalami kemarau panjang. Biasanya ritual tarian sintren ini berlangsung selama 40 malam berturut-turut. Namun doa dan harapan tetap dipanjatkan kepada Yang Maha Kuasa agar cepat turun hujan yang membuat para pemberi sintren.

Sampyong Kesenian Asli Majalengka

Pemain sintren adalah wanita yang seharusnya masih gadis suci (perawan). Sedangkan pemain laki-laki harus benar-benar lajang (masih perawan). Tarian ini dibawakan oleh penarinya dalam keadaan tidak sadarkan diri atau trance.

Tari Gundala-gundala atau disebut juga tari Karo Gundala merupakan tarian yang berasal dari Kabupaten Karo yang terletak di Bukit Barisan Sumatera Utara. Tarian gundla-gundala dimainkan pada saat masyarakat Karo menghadapi kemarau panjang dan penduduk melakukan ritual ini untuk memanggil hujan atau dalam bahasa Batak disebut Ndilo Wari Udan. Penari Gundala mengenakan pakaian tradisional seperti jubah dan topeng yang terbuat dari kayu.

Tradisi memanggil hujan di Bali ini telah diwariskan secara turun-temurun sejak perang antara kerajaan Karangasem dan kerajaan Seleparan di Lombok. Itu dibuat oleh dua kelompok pria dewasa yang saling memukul dengan anyaman lapis baja untuk perlindungan. Sebagai penengah, pertarungan ini dipimpin oleh seorang wasit bernama Saye. Menurut warga Karangasem, darah dari pertempuran Ende Gebug dipercaya membawa hujan.

Di penghujung musim panas yang panjang, warga Desa Tapen, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur berkumpul untuk menyaksikan ritual Ojung. Ritual ini dilakukan sebagai permintaan untuk memohon hujan dari Allah. Dalam ritual ojung, dua pria saling berhadapan dengan bertelanjang dada sambil memegang tongkat tikus erat-erat. Pertarungan ini akan dipimpin wasit.

Baca juga  Yang Merupakan Golongan Unsur

Sohibi Hamdani, Author At Radarmadiun.co.id

Tradisi memanggil hujan ini cukup unik, karena hanya ada 10 perempuan di Desa Plana, Kec. Somagede Kab. Banyumas, Jawa Tengah. Para praktisi cowongan memaknai cowongan sebagai simbol doa dan penegasan komitmen mereka terhadap warisan budaya nenek moyang mereka. Mereka menjalani pemujaan cowongan dengan ikhlas, niat tulus dan tanpa paksaan karena cowongan merupakan hal yang sakral.

Cowongan artinya bintik-bintik di wajah, sedangkan media adalah boneka milik bidadari yang dipercaya bisa memanggil hujan. Boneka cowongan hanya boleh dipegang oleh laki-laki. Cowongan hanya dibuat saat musim kemarau panjang. Biasanya ritual ini dilakukan mulai akhir massa kapat (hitungan dalam penanggalan Jawa) atau sekitar bulan September.

Seruling Dewa adalah bentuk kesenian tradisional dari Bayan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB). Sebelum tarian berlangsung, masyarakat Bayan akan menentukan hari, waktu dan tempat yang dianggap baik untuk melakukan ritual tersebut. Selain itu, masyarakat Bayan juga menyiapkan sesajen berupa bunga, makanan, dan peralatan rumah tangga. Batugamping ini merupakan bagian terpenting dan dipercaya dapat mendatangkan hujan.

Pengecualian lain adalah seruling yang digunakan, ada filosofi yang mendasar dan mulia. Alat musik suling ini menunjukkan wujud manusia, jika suling ini tidak diberi nafas maka tidak akan menghasilkan suara yang bagus. Begitu pula dengan manusia, jika badan tidak memiliki atma atau jiwa, pasti tidak akan ada kehidupan. Tarian Uncul berperan sebagai perangsang dan tantangan bagi lawan di arena Ujungan yang biasa diadakan pada pesta panen atau pesta rakyat lainnya.

Menjelaskan Kondisi Rakyat Indonesia Pada Saat Diterapkan Sistem Tanam Paksa

Alat musik pengiringnya disebut “Sampyong”, dan terdiri dari satu atau lebih “Sampyong”, sejenis gambang dengan pucuk yang sangat sederhana terbuat dari bambu atau kayu, biasanya 4 bilah, bersama dengan kentongan bambu dan tanduk kerbau. Suara sedih orkestra sampyong bagi para penggemar Ujungan membangkitkan semangat kompetisi. Kostum penari Uncul, seperti penari Ujungan Betawi, tidak diatur. Tapi biasanya terdiri dari “celana hitam”, dia juga memakai kaos hitam atau terkadang kemeja. Sambil memegang kepalan tangan rotan seukuran jempol kaki, panjang sekitar 80 cm, penari Uncul yang tampil di atas panggung terlebih dahulu membungkukkan badan kepada penonton. Setelah itu baru bermain dengan gerakan batting, blok dan seterusnya dengan pemukul, dengan suara,

Peran lumut, teori peran, peran lembaga, peran leader, peran dna, peran, peran pahlawan, peran guru, ujungan banyumas, film peran, peran lingkungan, pemain