Pengaruh Timbal Balik Antara Kondisi Lingkungan Dengan Kondisi Sosial Budaya

Pengaruh Timbal Balik Antara Kondisi Lingkungan Dengan Kondisi Sosial Budaya – Pada bagian ini akan diperlihatkan pendekatan lain dalam proses interaksi manusia dengan lingkungan kerja, yaitu saling pengaruh.

Presentasi dengan topik: “Bagian ini akan mengungkap aspek lain dari proses interaksi manusia dengan lingkungan kerja, yaitu saling pengaruh.” Transkrip Presentasi:

Pengaruh Timbal Balik Antara Kondisi Lingkungan Dengan Kondisi Sosial Budaya

2 Pada bagian ini terungkap pendekatan lain terhadap proses interaksi manusia dengan lingkungan kerja, yaitu dari segi saling pengaruh kondisi kerja yang berbeda terhadap tenaga kerja dan desain tempat kerja, desain ruang kerja yang disesuaikan. terhadap kemampuan dan keterbatasan orang sebagai pekerja. Pendekatan ini dikenal dengan istilah psikologi teknik.Istilah lain yang serupa maknanya adalah rekayasa faktor manusia, rekayasa manusia, biomekanik, ergonomi, psikoteknologi, psikologi eksperimental terapan – CHAPANIS, walaupun istilah tersebut mempunyai arti yang serupa, namun sepertinya mengandung makna yang sama. Banyak perbedaan mendasar, karena kemudian nama atau sebutan/istilah tersebut menjadi perbincangan hangat di kalangan profesional.

Ips Niti Interactive Worksheet

3 Salah satunya adalah perbedaan antara psikologi teknik dan rekayasa faktor manusia. Menurut CHAPANIS tahun 1976, psikologi teknik terutama berkaitan dengan penemuan dan penerapan informasi tentang perilaku manusia dalam kaitannya dengan mesin, peralatan, pekerjaan dan lingkungan kerja. Tujuan akhir dari bidang ini adalah untuk membantu merancang peralatan, tugas, pekerjaan, dan lingkungan kerja agar sesuai dengan keterampilan dan keterbatasan tenaga kerja. Sementara itu, rekayasa manusia secara umum dipandang sebagai istilah umum untuk suatu bidang yang mengacu pada: (1) prestasi kerja, perilaku manusia, dan pelatihan sistem manusia-mesin. (2) Desain dan pengembangan sistem manusia-mesin. (3) Penelitian medis dan biologi terkait sistem

4 Berdasarkan hal tersebut, rekayasa faktor manusia menggunakan bagian-bagian ilmu pengetahuan manusia seperti anatomi, antropometri, fisiologi terapan, kesehatan lingkungan, sosiologi, toksikologi dan bagian lain dari bidang teknik seperti desain industri dan riset operasi. . . Sedangkan psikologi teknik dapat dipandang sebagai salah satu cabang ilmu yang berkontribusi pada bidang yang lebih besar yaitu rekayasa faktor manusia. Psikologi teknik memandang pekerjaan sebagai suatu konstanta psikologis dan biologis yang mengandung banyak kemampuan dan keterbatasan, ditentukan oleh faktor bawaan. Tugas psikolog di bidang psikologi teknik adalah mengubah: (1) mesin dan peralatan yang digunakan manusia dalam pekerjaannya. (2) Lingkungan kerja, sehingga pekerjaan lebih sesuai.

Baca juga  Teks Bacaan Nonfiksi Bersifat

5 ahli yang sependapat dengan CHAPANIS adalah SINGLETON, dengan tambahan bahwa rekayasa faktor manusia sama dengan ergonomi. Perbedaan antara psikologi teknik dan rekayasa faktor manusia dapat dijelaskan secara konseptual, namun secara operasional kedua cabang ilmu ini tidak dapat dipisahkan/dibedakan. Seorang ahli yang tidak membedakan kedua bidang tersebut di atas adalah SCHULTZ 1982, beliau berpendapat bahwa: “…Mencocokkan operator dengan mesin merupakan suatu bidang psikologi teknik yang disebut juga dengan rekayasa faktor manusia. Bidang ini merupakan cangkokan dari teknik dan Pengetahuan psikologis Kita dapat secara formal mendefinisikannya sebagai ilmu tentang rekayasa mesin atau peralatan untuk digunakan manusia dan sebagai ilmu tentang rekayasa perilaku manusia agar mesin dapat berfungsi dengan baik.

6 Definisi atau batasan SCHULTZ terlalu sempit, hanya membatasi interaksi manusia dengan mesin dan peralatan kerja. Oleh karena itu, pada bagian ini, McCormick, 1970 akan menggunakan batasan-batasan rekayasa faktor manusia yang dianggap sama dengan psikologi teknik, yaitu: Tujuan TEKNIK FAKTOR MANUSIA adalah untuk mengefektifkan penggunaan objek dan fasilitas fisik untuk mendukung atau memajukan . orang-orang dan untuk memelihara atau memelihara nilai-nilai kemanusiaan tertentu yang baik (diinginkan) dalam prosesnya. Prinsip TEKNIK FAKTOR MANUSIA adalah penerapan sistematis informasi yang relevan tentang karakteristik dan perilaku manusia dalam perancangan benda-benda yang digunakan manusia dan metode penggunaannya, serta dalam perancangan lingkungan tempat orang bekerja dan hidup.

Merestorasi Ekosistem: Ini Tentang Hidup Dan Masa Depan Lingkungan

7 Secara singkat dapat dikatakan bahwa TEKNIK MANUSIA (FAKTOR) dapat diartikan sebagai proses merancang sesuatu yang akan digunakan manusia.

9 1. MANAJEMEN ILMIAH Apa yang dilakukan FREDERICK W. TAYLOR yang menekankan efisiensi dalam bekerja dengan membuat berbagai jenis peralatan yang disesuaikan dengan bentuk dan fungsi bagian tubuh tenaga kerja manusia, merupakan pionir dalam bidang psikologi teknik.

10 2. ANALISIS WAKTU DAN GERAK GILBRETH dengan Therbligs-nya (simbol-simbol berbagai jenis gerak) yang diciptakan dalam kajian atau analisis waktu dan gerak (Analisis Waktu dan Gerak). Melalui hal ini, ia dan rekan-rekannya sampai pada penyederhanaan pekerjaan dan standarisasi pekerjaan.

11 3. KONDISI KERJA Penelitian di HAWTHORNE, dekat Chicago, yang dilakukan oleh para ilmuwan dari Universitas HARVARD di pabrik Western Electric Company, bertujuan untuk mengetahui dampak pencahayaan terhadap produktivitas. Saat ini, penelitian tentang dampak lingkungan yang ekstrim, luar biasa, bahkan “bermusuhan” terhadap kinerja pekerja merupakan bagian penting dari psikologi teknik.

Baca juga  Ngoko Lugu Yaiku

Pengaruh Lingkungan Terhadap Kesehatan

(b) Warna. (c) Kebisingan. (d) Musik di tempat kerja. 2. Kondisi kerja jangka panjang. (a) Jam Operasional. (b) Pekerjaan paruh waktu permanen. (c) Bekerja empat hari/minggu. (d) Jam kerja fleksibel.

13 KONDISI KERJA YANG BAIK Lingkungan kerja fisik mencakup segala sesuatu mulai dari tempat parkir di luar gedung perusahaan, lokasi dan desain bangunan, hingga jumlah cahaya dan suara di dalam ruangan pekerja. Desain kantor mempunyai pengaruh terhadap produktivitas kerja. SCHULTZ, 1982, mengemukakan hasil penelitian di Amerika mengenai pengaruh kantor yang didesain sebagai ruang terbuka, tanpa dinding untuk membagi ruangan menjadi ruangan-ruangan terpisah, seluruh pegawai dari tingkat rendah hingga menengah dikelompokkan dalam satuan kerja fungsional, yaitu satuan kerja lainnya. melalui tanaman pendek, lemari dan perpustakaan. Situasi ini memudahkan alur komunikasi yang harus dicapai oleh seluruh unit kerja.

14 Situasi ini juga mendukung keterbukaan, munculnya rasa keterhubungan kelompok dan kerja sama, serta mengurangi hambatan psikologis antara manajemen dan karyawan, namun faktor kelemahannya tetap ada, keluhan utama mengenai desain kantor “terbuka” adalah dengan berkurangnya keluhan pribadi. kebebasan, jumlah kebisingan yang dirasakan, dan kesulitan berkonsentrasi. Selain permasalahan desain ruang kerja, faktor lingkungan spesifik seperti (a) penerangan (illumination), (b) warna, (c) kebisingan dan (d) musik juga dipelajari.

Bekerja di ruangan terang akan berbeda dengan bekerja di ruangan remang-remang. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pencahayaan (iluminasi) adalah: (a) kandungan cahaya (intensitas), (b) distribusi cahaya, dan (c) silau.(a) untuk kandungan cahaya (intensitas), Illuminating Engineering Society telah merekomendasikan standar standar Pencahayaan untuk berbagai situasi dan tugas.

Kausalitas, Sebab Akibat [10] Halaman All

16b. Penataan distribusi yang ideal pada suatu ruangan atau area kerja adalah ketika cahaya dapat tersebar secara merata pada bidang pandang. Pemberian penerangan pada area kerja dengan tingkat pencahayaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan lingkungan sekitar akan menyebabkan ketegangan mata (kelelahan) setelah jangka waktu tertentu. Hal ini terjadi karena saat kita bekerja, kita juga mengalihkan pandangan dari area kerja ke lingkungan sekitar, hal ini menyebabkan pupil kita membesar saat melihat area yang lebih gelap dan mengecil saat melihat permukaan yang lebih terang.

17 (c) Cahaya yang menyilaukan merupakan faktor yang dapat menurunkan efisiensi penglihatan dan meningkatkan kelelahan mata serta penglihatan kabur. Silau di tempat kerja dapat diatasi dengan beberapa cara, yaitu pada dasarnya “menutup” sumber cahaya yang menyebabkan silau tersebut dengan pelindung, atau menempatkannya di luar jangkauan pandang pekerja, dapat juga dengan menggunakan menyediakan pelindung atau penggunaan mata. Perlindungan. Suyatno, 1985 mengemukakan secara rinci apa saja yang harus diperhatikan untuk menghindari silau pada ruang keluarga, kantor, ruang kelas dan ruang kerja lainnya. SCHULTZ merekomendasikan untuk memastikan pencahayaan yang seragam di area kerja untuk menghindari silau. Hal ini dapat dilakukan dengan pencahayaan tidak langsung, sehingga tidak ada cahaya yang jatuh langsung ke mata.

Baca juga  Berikut Ini Adalah Teknik Mendarat Dalam Lompat Jauh Kecuali

18 b WARNA Yang berhubungan dengan pencahayaan adalah penggunaan warna pada ruangan dan peralatan kerja. Banyak orang yang banyak menekankan penggunaan warna atau kombinasi warna pada kantor atau pabrik dan menyatakan bahwa penggunaan warna atau kombinasi warna yang benar akan meningkatkan produksi, mengurangi kecelakaan dan kesalahan kerja serta meningkatkan semangat kerja. telah didukung oleh penelitian. Pemanfaatan warna pada area dan peralatan kerja yang sangat penting adalah sebagai: (1) Alat pengkode dan sebagai pencipta kontras warna, (2) Upaya menghindari ketegangan dan kelelahan mata, (3) Alat untuk menciptakan ilusi ukuran dan suhu. ruang kerja, dan EFEK PSIKOLOGI.

19 SM NOISY (kebisingan) BURROWS dalam McCormick 1970 mengatakan bahwa dalam kerangka teori informasi, yang disebut dengan NOISE adalah “stimulus pendengaran atau rangsangan yang tidak mempunyai hubungan informasional dengan kehadiran atau penyelesaian tugas yang mendesak”. Kebisingan dapat menyebabkan seseorang kehilangan pendengarannya (TULI). McCormick 1970 membedakan antara (1) gangguan pendengaran akibat saraf (nerve tuli) dan (2) akibat konduksi (conduction tuli). (1) umumnya terjadi karena suara berfrekuensi tinggi lebih sering dialami dibandingkan suara berfrekuensi rendah. Atau karena usia. (2) tuli sementara.

Hubungan Timbal Balik Antara Manusia Dengan Kondisi Lingkungan Alam Dan Sosial Budaya

20 Tingkat/kenyaringan suara atau kebisingan tertentu dapat membahayakan pendengaran. Tingkat desibel yang berbeda dapat menyebabkan gangguan pendengaran sementara atau permanen. Menurut SCHULTZ 1982, seorang pekerja yang mendengar suara 80 desibel ke atas dalam waktu lama pasti akan mengalami gangguan pendengaran. Mendengar bunyi dengan tingkat desibel 100 – 125 dalam waktu singkat, penderita akan mengalami tuli sementara. Dalam waktu singkat, mendengar suara dengan tingkat desibel 150 atau lebih, orang bisa menjadi tuli permanen.

Akibat lain dari tingginya tingkat kebisingan adalah: (1).Munculnya perubahan fisiologis. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang mendengar kebisingan

Perilaku wirausaha secara sosial dan lingkungan antara lain adalah, pengertian lingkungan sosial budaya, hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya disebut, contoh lingkungan sosial budaya, hubungan timbal balik manusia dengan lingkungan, pengaruh globalisasi sosial budaya, kondisi sosial budaya, lingkungan sosial dan budaya, kondisi sosial budaya indonesia, lingkungan hidup sosial budaya, pengaruh sosial budaya, hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungan disebut