Mengapa Jumlah Tanduk Kerbau Di Setiap Tongkonan Jumlahnya Berbeda

Mengapa Jumlah Tanduk Kerbau Di Setiap Tongkonan Jumlahnya Berbeda – Rumah adat Toraja memiliki bentuk yang unik dan sarat dengan budaya khas Toraja sehingga menarik minat wisatawan domestik maupun mancanegara. Selain itu, rumah adat Toraja yang disebut rumah Tongkonan juga memiliki simbol dan filosofi khusus bagi masyarakat sekitar.

Nah kalau penasaran langsung saja kita bahas rumah adat tongkonan mulai dari struktur bangunan, pembagian ruang, hingga filosofinya.

Mengapa Jumlah Tanduk Kerbau Di Setiap Tongkonan Jumlahnya Berbeda

Secara umum masyarakat Toraja memiliki dua jenis rumah yaitu rumah pribadi atau rumah umum yang biasa disebut “Banua Barong Barong” dan rumah adat.

Menyanjung Toraja Lewat Pesta

Rumah adat Toraja disebut rumah Tongkunan. Nama tersebut berasal dari kata “tongkon” yang artinya menduduki atau duduk. Dahulu Tong Kunan digunakan sebagai tempat pertemuan para bangsawan Tan Toraja untuk mengadakan musyawarah dan debat, namun kini Rumah Tong Kunan umumnya berfungsi sebagai tempat untuk menguburkan jenazah keluarga orang Toraja.

Seperti kebanyakan rumah tradisional di Indonesia, rumah Tongkonan yang mulai dari rangka hingga dindingnya terbuat dari kayu aru yang merupakan salah satu jenis kayu terkuat, dengan struktur sebagai berikut:

Atap rumah Tongkunan terbuat dari papan bambu yang dilapisi ijuk, alang-alang atau alang-alang dan berbentuk seperti perahu. Sosok ini dimaksudkan untuk mengingatkan kita bahwa nenek moyang orang Tana Toraja menyeberangi Sulawesi dengan perahu.

Semua dinding rumah Tongkonan terbuat dari papan kayu tanpa besi, sehingga tidak ada satu pun paku yang digunakan dalam pembuatannya, inilah yang membuat rumah adat Toraja ini semakin unik.

Pdf) Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu Dan Anak 2012; Etnik Mamasa, Desa Makuang, Kecamatan Messawa, Kabupaten Mamasa,provinsi Sulawesi Barat

Rumah Tongkonan tidak hanya unik, tetapi juga sarat akan makna dan filosofi karena masyarakat Toraja berpegang teguh pada warisan budaya nenek moyangnya. Filosofi ini dapat ditemukan di hampir semua rumah Tongkonan seperti langit-langit, ukiran dinding, dekorasi dan warna.

Selain berfungsi sebagai tempat tinggal, rumah adat Toraja juga menggambarkan status sosial penghuninya. Pada tiang utama rumah Tong Kunan terdapat banyak tulang kepala kerbau beserta tanduknya, semakin banyak maka semakin tinggi status sosial keluarga yang tinggal di rumah tersebut.

Baca juga  Jelaskan 4 Tujuan Gambar Kerja

Seperti rumah-rumah lainnya yang dibalut dengan warna-warni untuk mempercantik bangunan, rumah Tongkonan juga dihias dengan warna-warna yang tidak hanya mempercantik rumah, tetapi setiap warna memiliki arti tersendiri.

Secara umum rumah Tong Kunan memiliki empat warna utama yang masing-masing memiliki arti sebagai berikut: Warna merah, Warna merah pada bangunan rumah Tong Kunan merupakan lambang darah yang melambangkan kehidupan manusia. Warna kuning berarti rahmat dan kekuatan Tuhan. Warna putih menggambarkan warna putih daging dan tulang yang berarti putih suci dan bersih. Hitam adalah hitam terakhir yang melambangkan kegelapan dan kematian.

Bismillah ^^: April 2016

Rumah Tongkonan terbagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian utara, tengah dan selatan. Menariknya, bagi masyarakat Toraja, rumah Tong Kunan bukan hanya sebagai tempat tinggal dan berteduh, tetapi mereka menganggap rumah tersebut sebagai ibu mereka. Sedangkan penyimpan beras atau yang disebut “Alang Surah” dianggap sebagai bapak.

Bagian utara rumah Tong Kunan merupakan ruang depan yang disebut “Tengulak” karena rumah selalu menghadap ke utara. Ruangan ini digunakan sebagai ruang tamu, tempat tidur anak-anak dan tempat menyimpan sesaji.

Bagian selatan atau “sombong” biasanya diperuntukkan bagi kepala keluarga atau kepala rumah tangga. Kepala keluarga Toraja sangat dihormati karena setiap orang memegang peranan penting dalam segala kegiatan dan tata tertib rumah, sehingga bagian selatan rumah Tongkunan terutama ditempati oleh kepala keluarga.

Bagian tengah rumah Tongkunan yang biasa disebut “sally” ini adalah bagian yang diisi dengan ruang makan, dapur, dan ruang keluarga. Uniknya, di bagian ini Anda bisa menemukan jenazah anggota keluarga yang sudah meninggal dan tidak ada anggota keluarga lain yang takut dengan keberadaan jenazah tersebut.

Tour De Celebes: Toraja, The Amazing Grave 2 (day 5 Part 1)

Bangunan rumah yang terlihat seperti rumah dermaga membuat rumah Tong Kunan memiliki kolong yang biasanya digunakan oleh pemilik rumah sebagai kandang kerbau. Dinding dapat dimodifikasi dengan menyeretnya ke bawah untuk membentuk pagar untuk dinding kandang.

Rumah adat Tana Toraja juga memiliki banyak keunikan yang sangat menarik untuk diketahui, fakta tersebut membuktikan bahwa masyarakat Toraja sangat menghargai budaya dan adat istiadat yang telah diwariskan.

Jika diperhatikan dengan seksama, rumah Tong Kunan selalu menghadap ke utara. Karena konstruksinya mengikuti pandangan kosmik masyarakat Toraja, mereka percaya bahwa arah utara yang mereka sebut ‘ulunna lino’ adalah arah kepala dunia dan dianggap sebagai simbol penghormatan terhadap pencipta (puang) matua. ).

Selain itu, masyarakat Toraja juga percaya bahwa nenek moyang mereka berasal dari utara dan suatu saat akan kembali ke utara.

Baca juga  Tulisen Tuladhane Cangkriman Manut Jinise

Rumah Adat Toraja: Nama, Keunikan, Gambar & Penjelasan

Rumah adat Toraja selalu dibangun atas dasar kekerabatan atau keturunan dan diwariskan secara turun-temurun kepada anak-anak yang memiliki garis keturunan Toraja yang sama. Oleh karena itu, sangat mudah untuk melacak hubungan darah dan silsilah mereka, karena Anda hanya perlu mengetahui hubungan kekerabatan antara dua rumah Tong Kunan.

Seperti kebanyakan rumah tradisional, hampir seluruh bagian rumah Tangkunan terbuat dari kayu, terutama bagian badan bangunannya. Selain bentuknya yang unik, Rumah Tong Kunan terbuat dari kayu pohon lokal Pulau Sulawesi, yaitu kayu Oro. Konon jenis kayu ini termasuk yang terkuat dan bisa bertahan hingga ratusan tahun.

Keunikan lain dari rumah adat Toraja adalah bagian depan rumah dihiasi dengan kepala kerbau dan tanduknya diletakkan secara vertikal. Kepala banteng jelas tidak hanya sebagai hiasan saja, tetapi juga simbol status sosial penghuni rumah dalam masyarakat Toraja, semakin banyak tanduk yang disusun maka semakin tinggi statusnya.

Tanduk yang digunakan adalah kerbau yang disembelih oleh penghuni rumah saat pemakaman anggota keluarga yang telah meninggal. Seekor kerbau kurban konon harganya mencapai ratusan juta rupiah, sehingga panjang tanduknya menunjukkan status ekonomi penghuni rumah tersebut.

Menyibak Cerita Budaya Dan Sejarah Kete’ Kesu Di Tana Toraja

Selain bentuknya yang unik, dinding rumah adat Toraja dihiasi dengan berbagai hiasan ukiran tradisional Tana Toraja yang membuat rumah semakin cantik.

Menurut J.S. Seorang ahli budaya, Sande memiliki setidaknya 67 motif ukiran pada hiasan dinding rumah Tongkun. Motif-motif tersebut memiliki banyak bentuk, seperti tumbuhan, hewan, geometri, benda langit, hingga cerita rakyat, dimana setiap motif memiliki makna dan falsafah hidup bagi masyarakat Toraja, seperti pengabdian kepada Sang Pencipta dan nasehat untuk hidup rukun dan cinta. . satu sama lain untuk keluarga mereka..

Bagaimana? Apakah Anda ingin melihat secara langsung rumah adat yang penuh filosofi di setiap sentimeternya? Rumah adat Toraja membuktikan bahwa Indonesia memiliki beragam budaya yang bernilai tinggi. Ketika kita berbicara tentang Tana Toraja, yang terlintas di benak kita pasti sebuah rumah panggung besar dengan atap melengkung seperti perahu. Rumah Tong Kunan!

Saya mengunjungi Toraja pada akhir Desember lalu, bertepatan dengan acara tahunan Tana Toraja, Lovely December 2017. Festival ini berlangsung sebulan penuh dengan berbagai program budaya.

Gambar Rumah Adat Di Indonesia Dan Daerah Asalnya

Tana Toraja merupakan salah satu daerah di Indonesia yang masih kaya akan budaya. Rumah adat, tarian adat, upacara pemakaman yang sangat unik dan terkenal hingga mancanegara. Dan satu hal lagi, seekor kerbau belang bisa seharga sebuah mobil mewah. Ya, miliaran rupiah!

Baca juga  Nanas Berkembang Biak Dengan Cara

Selain budaya, keindahan alam Toraja juga sangat memanjakan mata karena terletak di kawasan pegunungan. Dan itu sebabnya suhu di sini dingin. Jadi, kalau mau jalan-jalan ke Toraja, pak hangat-hangat ya guys!

Tujuan pertama saya dalam perjalanan ini adalah kompleks kuno rumah Tong Kunan di Kete’ Kes, desa tradisional Toraja yang tidak jauh dari pusat kota Rantepao.

Terletak di Pantanakan Lulu, Kecamatan Kesu, Toraja Utara, desa ini diakui sebagai warisan budaya oleh UNESCO. Di sini Anda bisa menemukan potret adat, budaya, tempat pemakaman, arsitektur, kerajinan tangan, dan gaya hidup masyarakat Toraj.

Jenis Rumah Adat Sulawesi Selatan Dan Filosofinya Yang Harus Diketahui

Di kampung adat Kete’ Kesu, saya ingin melihat deretan rumah tongkonan yang berusia ratusan tahun. Kondisi bangunannya masih merupakan peninggalan utama nenek moyang, dengan atap kayu dan ditumbuhi rerumputan. Berbeda dengan Tongkonan, Tongkonan modern di kota beratap genteng.

Susunan tanduk kerbau digantung di depan Tongkunan. Semakin tinggi susunan tanduk kerbau maka semakin banyak pesta yang diadakan dan semakin tinggi pula kelas sosial seseorang. Ukiran khas Toraja juga menghiasi bangunan ini. Tak lupa juga ada patung kepala kerbau.

Pada akhirnya adalah Museum Toraja. Tapi sayangnya masih tutup dan saya tidak bisa masuk. Tongkonan tidak lagi tinggal di sini, namun masih diasuh oleh anak-anaknya. Kadang juga digunakan sebagai tempat pertemuan dan upacara adat Ramba Solo.

Usai menjelajahi Tongkonan, saatnya menuju ke Makam Batu atau Makam Batu. Di Kete’ Kesu’ kita tidak hanya melayani Tongkonan, tapi kita juga bisa mengunjungi makam-makam khas Toraja. Saya hanya mengikuti petunjuk arah dan mencapai pemakaman setelah toko suvenir.

Intelligent Scholar: Seni Bangun Dan Perbedaan Karakteristik Dari Rumah Adat Di Sulawesi Selatan

Ada dua jenis tempat pemakaman di sini. Hal pertama yang saya lewati adalah makam modern atau Patan sebagaimana mereka menyebutnya. Ada beberapa kuburan disini. Pemakaman ini berupa bangunan kecil tempat jenazah keluarga berada.

Setelah melewati kawasan Patana, saya mulai menaiki anak tangga di pinggir tebing. Ada sebuah kuburan batu di sebelah jalan ini. Mayat dan peti mati kayu tua tergeletak di atas batu ini. Ada yang digantung di atas batu, ada yang ditaruh di lubang batu atau disebut Erung.

Semakin tinggi status sosial seseorang, semakin tinggi tempat pemakamannya. Selain itu, ada pula boneka leluhur yang terbuat dari kayu yang diletakkan di lubang batu dan dipagari dengan besi untuk mencegah pencurian. Sebelumnya, harta senilai satu miliar dicuri dari makam Toraja.

Saya mencapai ujung jalan di atas batu karang ini dan menemukan sebuah gua yang tidak terlalu dalam. Untuk memasukinya, saya dipandu oleh seorang pemuda setempat yang juga menyewa senter. Dan ternyata goa ini juga digunakan untuk upacara penguburan. Namun, jumlahnya tidak sebanyak yang ada.

Arsitektur Etnis (kelompok 5).

Ketika saya melewati sederet toko souvenir, mata saya

Jual tanduk kerbau bule, gelang tanduk kerbau, tanduk kerbau, cincin dari tanduk kerbau, alat kerokan dari tanduk kerbau, sisir tanduk kerbau, kerajinan dari tanduk kerbau, harga tanduk kerbau, bekam tanduk kerbau, mengapa sidik jari setiap orang berbeda, jual tanduk kerbau, mengapa budaya setiap negara berbeda beda