Jelaskan Peran Budi Utomo Sebagai Organisasi Modern Pertama Di Indonesia

Jelaskan Peran Budi Utomo Sebagai Organisasi Modern Pertama Di Indonesia – Artikel ini menjelaskan tentang terbentuknya lembaga-lembaga nasional, seperti Budi Utomo, Sarakat Islam, dan Indische Partij. Ketiganya menandai dimulainya gerakan rakyat Indonesia melawan penjajahan yang dilakukan pemerintah kolonial Belanda.

Apakah Anda setuju bahwa tidak ada yang lebih menyedihkan dan menyakitkan daripada hidup di bawah kekuasaan asing selama ratusan tahun? Meski hanya sehari, rasanya miris juga. Seperti halnya bangsa kita, pemerintah kolonial Belanda terus melakukan penjajahan dan penindasan selama ratusan tahun.

Jelaskan Peran Budi Utomo Sebagai Organisasi Modern Pertama Di Indonesia

Hal ini menyebabkan lahirnya organisasi-organisasi nasional pada periode 1908-1920. Munculnya beberapa organisasi menandai dimulainya gerakan nasional. Pada periode ini lahir 3 organisasi pergerakan nasional yaitu Budi Utomo, Sarakat Islam dan Partiz India.

Pdf) Politik Etis Dan Pengaruhnya Bagi Lahirnya Pergerakan Bangsa Indonesia

Budi Utomo merupakan lembaga modern pertama yang didirikan pada tanggal 20 Mei 1908. Untuk mencapai tujuannya, Budi Utomo bekerja di bidang pendidikan. Budi Utomo kemudian membuat program penggalangan dana untuk pendidikan, serta bidang kebudayaan, melalui pengembangan budaya Jawa.

Namun perkembangan Budi Utomo tidak begitu pesat. Masalahnya cakupannya terlalu sempit, hanya fokus di Pulau Jawa dan Madura. Oleh karena itu, ia kehilangan popularitas di organisasi Sarkat Islam, yang keanggotaannya terbuka untuk berbagai lapisan masyarakat, tanpa batasan wilayah.

Terakhir, Budi Utomo bergabung dengan Partai Indonesia Raya (Parindra) pada tahun 1935 yang menjadi akhir karir Budi Utomo. Namun meski kiprah Budi Utomo berakhir, organisasi ini menjadi inspirasi lahirnya Organisasi Pergerakan Nasional. Organisasi yang terinspirasi dari Budi Utomo adalah Indische Partij, Parhimpunan Indonesia dan lain-lain. Oleh karena itu, hari lahir Budi Utomo dijadikan sebagai Hari Kesadaran Nasional di Indonesia yaitu tanggal 20 Mei.

Sebelum berganti nama menjadi Sarekt Islam, organisasi pergerakan nasional ini dulunya bernama Sarekt Dagang Islam (SDI). Pendiri SDI adalah H. Samanhudi dan didirikan pada tahun 1911 di Solo. SDI pindah ke Surabaya dan saat itu kepemimpinan berpindah ke HOS Kokrominoto, SDI berganti nama menjadi Sarakat Islam. Alasannya adalah untuk memperluas ruang lingkup kegiatan organisasi yang semula hanya bergerak di bidang perdagangan.

Ppkn Mid S8

Organisasi IS berkembang sangat pesat. Karena pertumbuhannya yang pesat, SI menjadi ancaman bagi pemerintah kolonial Belanda. Selain itu, pertumbuhannya yang pesat menyebabkan SI menjadi partai politik setelah diakui sebagai organisasi resmi oleh pemerintah pada bulan Maret 1916.

Baca juga  Sebutkan 10 Negara Asean

Setelah mengalami pertumbuhan pesat, SI mengalami kemunduran pada tahun 1921. Kemunduran ini disebabkan adanya perpecahan di dalam Sarkat Islam itu sendiri. Sarekat Islam terbagi menjadi dua bagian, yaitu SI Putih dan SI Merah. Hal ini akibat agitasi kelompok komunis Semaun dan Darsono dari SI. SI White akhirnya mengembangkan dan mengarahkan H.O.S. Kokrominoto, sedangkan SI Merah dipimpin oleh Semaun.

Ia banyak memuat artikel kritis terhadap pemerintah Hindia Belanda di surat kabar yang sering terbit. Salah satu tulisannya yang paling terkenal adalah artikel surat kabar Suvardi Suryaningrat “Als ik ins Nederlander was”.

Nah, sekarang sudah tahu kan peran masing-masing organisasi nasional? Ketiganya muncul atas dasar cita-cita yang sama, yakni kemerdekaan dan kolonialisme. Jadi, apakah kolonialisme sudah berakhir? Tentu saja belum. Bangsa kita masih terjajah, terjajah kebodohan, terjajah kemalasan, dan masih banyak lagi.

Jelaskan Bagaimana Peran Sutomo Pada Masa Pergerakan Nasional

Jadi, kamu harus aktif dalam belajar. Jelajahi apa cinta dan impian Anda. Jika Anda ingin bisa belajar dimana saja dan kapan saja, Anda bisa menggunakan RuangBelajar sebagai sarana belajar yang efektif. Jadi, buruan berlangganan Budi Utomo adalah organisasi yang dibentuk oleh banyak mahasiswa STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen). Diantara pendiri Institut Budi Utomo adalah Dr. antara lain Soetomo, Soeradji Tirtonegoro, Goenawan Mangoenkosoemo dan lain-lain.

Organisasi ini lahir pada tanggal 20 Mei 1908 di Jakarta. Yayasan Budi Utomo tidak lepas dari peran Dr. Wahidin Soedirohusodo kerap bepergian ke kota-kota besar di Pulau Jawa untuk mengkampanyekan gagasan dukungan finansial bagi siswa pribumi berprestasi yang tidak mampu bersekolah.

Menurut situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, gerakan Budi Utomo bermula dari berdirinya sekolah Stovia pada akhir abad ke-19, ketika beberapa penyakit mewabah menyebar di Pulau Jawa.

Saat itu, pemerintah kolonial Belanda kesulitan mengatasi masalah ini karena terlalu mahalnya mendatangkan dokter dari Eropa.

Budi Utomo Sebagai Penggerak Lahirnya Kebangkitan Nasional

Akhirnya pemerintah Hindia Belanda memutuskan mendirikan Stovia untuk melatih para dokter yang berlatar belakang pribumi. STOVIA membebaskan biaya sekolah bagi mahasiswanya untuk menarik minat penduduk asli.

Tak hanya mencetak dokter yang mumpuni di bidang kesehatan, Stovia juga berperan sebagai tempat pembibitan remaja pribumi untuk menumbuhkan rasa nasionalisme.

Di sana mereka bertukar pikiran dan gagasan untuk memajukan bangsa ini dan pulih dari keruntuhan kolonialisme pemerintah Hindia Belanda.

Baca juga  Seorang Pemain Bola Voli Diperbolehkan Menyentuh Bola Maksimal Sebanyak

Lahirnya Budi Utomo diawali dari pendirinya yaitu Budi Utomo dan Dr. Wahidin Soedirohosodo. Pada saat ini Dr. Wahidi mencetuskan ide untuk mencerdaskan bangsa melalui ‘studyfunds’ atau dana pendidikan agar para penjajah tidak mudah bersaing.

Dr. Soetomo, Pendiri Budi Utomo Yang Bergabung Dengan Muhammadiyah

Setelah melalui serangkaian diskusi, akhirnya terbentuklah Persatuan Budi Utomo. R. Soetomo, Goenawan Mangoenkosoemo, Soeradji Tirtonegoro, Gondo Soevarno, Soleiman, Angka Prodjosoedirdjo, M. Sowerno, Mohammad Saleh dan R.M.

Gombrek ada sembilan orang yang mendirikan Budi Utomo. Namun belakangan, pengurusan umum dilakukan oleh orang-orang tua yang bergabung.

Budi Utomo sejak awal berprinsip mencerdaskan bangsa, sehingga sengaja menghindari politik. Budi Utomo menilai banyak hal yang dibutuhkan dan pemerintah harus terus bekerja sama.

Ternyata, pada tahun 1908 hingga 1926, Budi Utomo selalu aktif di bidang sosial budaya, tidak menyentuh politik. Pergerakan Budi Utomo berakhir pada tahun 1935 ketika organisasi tersebut bergabung dengan Partai Indonesia Raya (Parindra) yang dipimpin oleh Soetomo.

Gedung Yang Dianggap Sebagai Kantor Budi Utomo

Tujuan organisasi ini juga dijelaskan pada Kongres Budi Utomo pertama yang diadakan di Yogyakarta pada bulan Oktober 1908. Dalam kongres tersebut, Budi Utomo berhasil mengumpulkan 1.200 anggota dalam waktu 5 bulan.

Setelah dukungan semakin besar, kelompok muda membiarkan kelompok yang lebih tua mengambil alih. Dalam Kongres tersebut Raden Adipati Thirtokusumo terpilih sebagai Presiden, dan Dr. Vahidin Soedirohosodo sebagai Wakil Presiden.

Tujuan utama organisasi Budi Utomo adalah menjamin kehidupan bangsa yang bermartabat. Fokus organisasi ini adalah sosial, pendidikan, pendidikan dan kebudayaan.

Awalnya keanggotaannya hanya terbatas pada penduduk Jawa dan Madura, namun akhirnya meluas hingga Bali. Hal ini dilakukan tanpa memandang ras, jenis kelamin atau agama.

Pdf) Sarekat Islam Sebagai Kelanjutan Boedi Oetomo:h.o.s. Tjokroaminoto Dan Awal Kebangkitan Nasional Di Kota Surabaya, 1908

Beliau adalah wajah pendiri Budi Utomo, jadi Dr. salah satu pendiri Institut Budi Utomo. Soetomo adalah. Selamat mencoba para pelajar, pada bulan November 1907 Vahidin Soedirohosodo hendak mengkampanyekan programnya di bidang pendidikan. Dia ingin anak-anak pribumi dari keluarga berpenghasilan rendah seperti dia mendapatkan pendidikan yang baik di Barat. Untuk itu Wahidin meminta pemerintah kolonial memberikan beasiswa kepada orang-orang pintar.

Respons dingin masyarakat Jawa membuat Wahidin semakin tak sabar. Maklum, bersekolah dengan biaya orang lain bukanlah hal yang lumrah pada saat itu, bahkan sering dianggap memalukan. Untuk mengubah persepsi tersebut, Wahidin rela meninggalkan jabatannya sebagai pemimpin redaksi surat kabar Retnodhomilah dan dengan penuh semangat mulai melakukan perjalanan ke seluruh Jawa untuk bertemu dengan sesepuh dan bupati berpengaruh. Dalam kampanyenya, ia didampingi oleh Ario Noto Deirdo, putra Pakualam V.

Baca juga  Makan Siang Bahasa Inggris

Menurut Akira Nagazumi dalam Kebangkitan Nasionalisme Indonesia: Budi Utomo 1908-1918 (1989: 53), perjalanan tersebut membawa Wahidin ke sekolah tot Opleiding van Inlandsche Artsen (Stovia) di Batavia. Sebagai alumnus fakultas kedokteran Jawa, Wahidin tentu tak terkesan asing. Sebelum bekerja sebagai tenaga kesehatan dan editor surat kabar di Yogyakarta, Wahidin juga pernah menjadi asisten pengajar selama beberapa tahun.

Wahidin sebenarnya hanya berniat berteman sambil istirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan. Namun dua mahasiswa Stovia bernama Soetomo dan Soeradji tiba-tiba memutuskan untuk mengajak Vahidin mengikuti debat tertutup. Mereka tertarik mendengar cita-cita dan pemikiran pensiunan dokter berusia 51 tahun itu.

Mengapa Tanggal 20 Mei Yang Merupakan Tanggal Berdirinya Organisasi Budi Utomo Diperingati Sebagai Hari

Menurut Nagazumi, pertemuan dengan Wahidin berdampak besar bagi Soetomo. Setelah kalah argumentasi, Soetomo mulai menganut gagasan “pembangunan harmonis” Wahidin, yaitu upaya mempertahankan ketaatan pada budaya tradisional sekaligus beradaptasi dengan kebijakan kolonial untuk menciptakan kesejahteraan sosial bagi masyarakat setempat. Soetomo memutuskan untuk mendirikan organisasi pemuda untuk menyebarkan ideologi tersebut.

Beberapa bulan kemudian, Soetomo dan sembilan teman sekolah Stoviana berhasil mendirikan organisasi bernama Boedi Otomo (BO). Lembaga Swadeshi yang dianggap sebagai titik tolak kebangkitan nasional ini diresmikan tepat 112 tahun yang lalu pada tanggal 20 Mei 1908. Tanggal ini kemudian diperingati sebagai Hari Kesadaran Nasional.

Berdasarkan catatan yang dikumpulkan Nagazumi terlihat jelas bahwa BO didirikan mengikuti garis barat berdasarkan filosofi dan budaya Jawa. Masih dalam buku yang sama, ia menjelaskan dominasi bahasa Jawa dalam daftar mahasiswa STOVIA yang mengikuti kegiatan pelatihan organisasi. Masyarakat Jawa ini umumnya tidak memiliki toleransi yang sama dengan ras lain dalam dunia pergerakan.

Nagazumi menulis: “Kebanggaan masyarakat Jawa terhadap superioritas budaya mereka sendiri atas kelompok etnis lain di India begitu meluas sehingga tidak mengherankan jika mahasiswa Jawa di STOVIA enggan mengundang mahasiswa non-Jawa untuk bergabung dalam gerakan mereka.

Buku Siswa Kelas 5 Tema 7 K13 Revisi 2017

Menurut Nagazumi, organisasi intelijen pada periode ini didirikan terutama atas dasar semangat persaudaraan. Di Yogyakarta, kaum terpelajar juga mencoba menyatukan diri dalam organisasi serupa bernama Mardiwara. Organisasi semacam ini lahir dari rasa solidaritas untuk melawan lingkungan politik negara kolonial yang penuh dengan rasisme dan keistimewaan bagi kelompok tertentu.

Soetomo kerap mengkampanyekan ide pendirian BO di asrama mahasiswa yang sebagian besar masyarakat Jawa tinggal. Seringkali ia berpindah dari satu kelas ke kelas lain untuk mendapatkan dukungan dari siswa lain. Setidaknya lebih dari 150 pemuda masyarakat adat sedang belajar di Stovia pada saat itu. Sekitar 100 orang di antaranya berasal dari keluarga Priayai Jawa atau anak pedagang, sedangkan sisanya berasal dari Sumatera dan Indonesia bagian timur.

Boedi Otomo adalah nama teman sekelas Soetomo, Soeradji, yang juga hadir dalam pertemuan dengan Wahidin.