Golongan Lapisan Masyarakat Yang Menerima Dakwah Islam Terdiri Dari

Golongan Lapisan Masyarakat Yang Menerima Dakwah Islam Terdiri Dari – Apakah kamu suka buku ini? Anda dapat menerbitkan buku Anda secara online secara gratis dalam hitungan menit! Buat buku flip Anda sendiri

Pendidikan Agama Islam dan Fungsi Kelas X SMA/SMK Bab 10 | Peran Tokoh Ulama dalam Penyebaran Islam di Indonesia (Metode Dakwah Islam Wali Songo di Jawa) 284 285 Sebenarnya inilah strategi dakwah yang harus dilakukan untuk menyampaikan ajaran kepada masyarakat, dilakukan . cara yang damai, tidak konfrontatif, penuh kelembutan dan kasih sayang serta menghindari permusuhan, tidak memprovokasi dan memprovokasi dakwah dengan kekerasan, apalagi dalam masyarakat yang majemuk dan majemuk di era modern sekarang ini. 4. Sunan Drajat Sunan Drajat adalah salah satu putra Sunan Ampel dan merupakan saudara dari Sunan Bonang. Nama aslinya adalah Raden Qosim atau juga dikenal dengan nama Syarifuddin. AD XV Ia lahir pada abad sekitar 1470 dan Masehi. Ia meninggal pada tahun 1522 dan dimakamkan di kota Drajat, wilayah Lamongan, Jawa Timur. Sunan Drajat menghabiskan masa mudanya belajar Islam bersama ayahnya, Sunan Ampel, di Ampel Dentan (Surabaya). Seperti kakaknya Sunan Bonang yang tidak hanya belajar Islam dari pesantren ayahnya, Sunan Drajat juga memperdalam pemahaman Islamnya dari para ulama yang datang bersama kapal dagang Arab. Kemudian Sunan Drajat memperoleh ilmu yang lebih luas dan mendalam. Dia berkhotbah di sisi Gresi untuk pertama kalinya. Dakwahnya berlangsung di pantai utara Jawa. Dalam perjalanan dakwahnya, Sunan Drajat bertemu dengan masyarakat Hindu-Buddha dan berdakwah secara langsung. Berbeda dengan Sunan Bonang, ia menggunakan media gamelan untuk menyampaikan misi dakwahnya kepada masyarakat saat itu. Sunan Drajat pertama kali mendarat di daerah Jelak, Banjarwati pada abad ke-15. pada akhir abad Sunan Drajat kemudian membangun mushola yang digunakan sebagai tempat ibadah. Ia juga menggunakan mushola untuk berbagai keperluan dakwah. Semakin banyak orang memeluk Islam, musala menjadi pesantren dan berfungsi sebagai lembaga pendidikan untuk mengajarkan Islam kepada masyarakat. Kota Banjarwati menjadi semakin ramai saat itu. Bahkan banyak orang yang datang dari luar daerah mendengar bahwa Sunan Drajat adalah adik dari Sunan Bonang yang terkenal pandai membaca puisi dan bermain gamelan. Sehingga seiring berjalannya waktu desa tersebut semakin banyak penduduknya dan bangunan pemukiman kemudian nama desa tersebut menjadi Banjaranyar. Gambar 10.10

Golongan Lapisan Masyarakat Yang Menerima Dakwah Islam Terdiri Dari

Pendidikan Agama Islam dan Fungsi Kelas X SMA/SMK Bab 10 | Peran Tokoh Ulama dalam Penyebaran Islam di Indonesia (Cara Penyebaran Islam oleh Wali Songok di Jawa) 286 287 Setelah melihat masyarakat Banjaranyar benar-benar paham dengan nilai dan praktik ajaran Islam, beliau melanjutkan kerja. pelayaran meninggalkan pantai utara Jawa dan sampai di sebuah kota bernama Drajat. Di negeri itu ia melanjutkan misi dakwahnya untuk mengajak orang Jawa yang saat itu masih menganut kepercayaan Hindu-Buddha untuk memeluk agama Islam. Sunan Drajat kemudian melanjutkan perjalanan dakwahnya ke Lamongan yang saat itu masih diperintah oleh Sultan Demak. Sunan Drajat memilih tempat di pegunungan karena dianggap aman dari banjir. Bukit itu kemudian disebut Ndalem Dhuwur dan Sunan Drajat kemudian membangun masjid untuk melakukan segala ibadah dan mendakwahkan ajaran Islam kepada murid-muridnya dan yang baru masuk Islam. Terakhir Sunan Drajat AD XVI. Dia meninggal pada abad Masehi. pada tahun 1522, dan peninggalannya dilestarikan sebagai bukti sejarah perkembangan Islam di kota Gresik dan kota Lamongan, Jawa Timur. Metode dakwah yang dianut Sunan Drajat terbilang cerdik dan halus. Beliau selalu mengajarkan umatnya untuk tidak saling menyakiti karena umat Islam harus hidup rukun dan damai serta tidak terpecah belah. Menghindari metode pemaksaan dalam mengajarkan Islam. Ia berdakwah melalui mesjid atau mushola yang diadakan bersamaan dengan amalan ibadahnya. Ia terkenal dengan nasihatnya tentang kehidupan, yang kemudian menyesuaikan dengan ajaran Islam. Sunan Drajat memperkenalkan Islam melalui konsep dakwah bil-hikmah, cara yang bijak dan tidak memaksa. Ia menempuh empat cara dalam menyampaikan ajarannya yaitu: a. Pengajian langsung di langar atau musala b. Mendirikan pendidikan di pondok pesantren c. Memberikan nasihat dan fatwa untuk memecahkan suatu masalah d. Melalui kesenian tradisional yaitu lagu pangkur (pangudi isine Al-Qur’an / penjabaran makna Al-Qur’an) diiringi musik gamelan. Inti ajaran Sunan Drajat adalah Catur Piwulang (Empat Sila), yaitu: 1) Tertanda Marang wong kang kang kalunyon lan wuto (Memberikan tongkat pada orang buta) 2) Memotong makanan marang wong kang kali (Memberi makan orang lapar) 3) Pemotongan sandhang marang wong kang kawudan (pakaian orang telanjang)

Baca juga  Apa Dampak Negatif Keberagaman Wirausaha Dalam Masyarakat

Rangkuman Pelajaran Ski

Pendidikan Agama Islam dan Fungsi Kelas X SMA/SMK Bab 10 | Tokoh Ulama dalam Penyebaran Islam di Indonesia (Metode Dakwah Islam Wali Songo di Jawa) 286 287 4) Pasangan Payung Marang Wong Kang Kodanan (Memberikan payung kepada orang yang sedang hujan) Pesan Rahmat. Ketika kita melihat orang-orang dengan masalah fisik, sandang, pangan, papan dan dalam kondisi apapun, terangi kita untuk membantu. Bahkan ketika menyebarkan agama Islam di tanah Jawa, Sunan Drajat selalu mengadaptasi dan menyesuaikan ajarannya dengan kondisi masyarakat setempat. Ia tidak harus menyuruh dan memaksa orang yang menganut ajaran Hindu-Buddha untuk segera masuk Islam. Sunan Drajat menggunakan siasat untuk menarik perhatian masyarakat agar datang ke kediamannya. Menggunakan kesenian tradisional daerah yaitu lagu yang diiringi musik gamelan. Karena pendekatan melalui seni yang dikembangkannya, tidak sedikit orang yang berbondong-bondong ke kediaman Sunan Drajat untuk melihat ajaran dan dakwahnya, yang menyebabkan ia masuk Islam. Sunan Drajat banyak memberikan pesan yang mengingatkan kita bahwa ajaran Islam adalah ajaran yang menekankan kedamaian, baik kedamaian terhadap Yang Maha Esa maupun kedamaian terhadap diri sendiri. Ia selalu mengingatkan para siswanya agar selalu saling membantu untuk menciptakan masyarakat yang harmonis dan sejahtera. 5. Sunan Kudus Sunan Kudus merupakan salah satu dari sembilan wali yang menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Nama aslinya adalah Sayyid Ja’far Sadiq Azmatkhan. M Ia diperkirakan lahir sekitar tahun 1500 di daerah Jipang Panolan sebelah utara kota Blora, meninggal tahun 1550 dan dimakamkan di Kudus (Jawa Tengah). Ayahnya bernama Sunan Ngudung dan ibunya bernama Syarifah. Jika diurutkan berdasarkan riwayat keluarga, Sunan Kudus merupakan keturunan ke-24 dari Nabi Muhammad. Sewaktu kecil ia dipanggil Sunan Kudus Ja’far Sadiq. Ia belajar Islam melalui ayahnya, sejak kecil hingga dewasa Gambar 10.11

Baca juga  Sebutkan 3 Tinggi Balok Selain Rusuk Ae

Pendidikan Agama Islam dan Fungsi Kelas X SMA/SMK Bab 10 | Peran Tokoh Ulama dalam Penyebaran Islam di Indonesia (Cara Penyebaran Islam Wali Songo di Negeri Jawa) 288 289 pemuda. Sejak kecil ia ingin menjadi juru dakwah dan menyebarkan ajaran Islam. Selain memperdalam ilmu Islam melalui ayahnya, ia juga belajar agama kepada Kiai Telingsing dan Sunan Ampel. Kiai Telingsing adalah seorang ulama dari Cina yang datang ke Jawa dengan armada Laksamana Cheng Hoo. Mereka datang dari daratan Cina untuk menyebarkan Islam, sekaligus menjalin ikatan dengan orang Jawa. Sunan Kudus juga mempelajari ilmu sosial, politik, budaya, seni dan perdagangan. Sejak berguru kepada Kiai Telingsing, Sunan Kudus menjadi lebih bertanggung jawab, disiplin, dan tegas dalam mengambil keputusan. Ia pun menjadikan hasil studinya sebagai bekal untuk mendakwahkan Islam. Salah satu keinginannya adalah menyebarkan Islam di tengah masyarakat yang masih menganut paham Hindu-Buddha. Dia berurusan dengan orang-orang yang berpegang teguh pada kepercayaan lama dan merasa sulit untuk berubah. Namun berkat ketulusan dan kegigihannya, ia berhasil mengubah umat Hindu-Budha menjadi Muslim. Meski bukan orang asli Kudus, ia mampu menjadi tokoh sentral di Kudus karena perjalanan hidupnya dan kemampuannya dalam menyebarkan agama Islam kepada masyarakat Kudus. Metode dakwah yang dilakukan oleh Sunan Kudus merupakan adopsi dari metode yang sebelumnya dilakukan oleh Sunan Bonang. Adapun penjelasan cara berdakwah Sunan Kudus adalah sebagai berikut: a) Tidak menggunakan kekerasan atau radikalisme untuk merubah orang yang masih menganut kepercayaan lama. Memperhitungkan tradisi yang telah berkembang sejak lama, namun perlahan memasukkan ajaran Islam ke dalamnya. b) Jika ada tradisi atau kebiasaan buruk yang berkembang di masyarakat, maka selama hal tersebut dapat diubah, Sunan Kudus berusaha mengubahnya secara perlahan c) Mengembangkan prinsip Tutwuri handayani, yaitu berbaur dan berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat, dan bertahap- Setelah pengaruhnya berangsur-angsur masuk, berkembang menjadi prinsip tutwuri hangiseni, yaitu perlahan-lahan memberikan nuansa Islami d) Tidak melakukan perlawanan dan konfrontasi langsung terhadap tindakan kekerasan. e) Berusaha menarik simpati masyarakat agar tertarik dengan ajaran Islam. Masyarakat Kudus saat itu masih menganut kepercayaan Hindu-Buddha. Meskipun sejumlah kecil dari mereka sudah masuk Islam,

Baca juga  Pengertian Iklan Yang Tepat Berikut Adalah

Pendidikan Agama Islam dan Fungsi Kelas X SMA/SMK Bab 10 | Peran tokoh-tokoh Ulama dalam penyebaran Islam di Indonesia (cara penyebaran Islam Wali Songo di negeri Jawa) 288 289 tetapi jumlahnya tidak sebanding. Atas dasar inilah Sunan Kudus mengembangkan doktrin toleransi beragama antara umat Islam dan umat Hindu-Budha. Sebagai tanda penghormatan dan penghargaan kepada umat Hindu, Sunan Kudus pada Idul Adha tidak memperbolehkan umat Islam menyembelih sapi yang dianggap hewan suci.

Golongan yang berhak menerima zakat, golongan yang menerima zakat, ada 8 golongan yang berhak menerima zakat, lapisan bumi terdiri dari, golongan orang yang berhak menerima zakat, lapisan tanah terdiri dari, golongan yang berhak menerima zakat fitrah, jumlah golongan yang berhak menerima zakat adalah, mustahik terdiri dari golongan, golongan orang yang berhak menerima fidyah, 8 golongan orang yang berhak menerima zakat, golongan orang yang berhak menerima zakat berjumlah