Dimanakah Daerah Kekuasaannya

Dimanakah Daerah Kekuasaannya – Artikel ini berisi uraian tentang Kerajaan Keling (sebuah kerajaan di Asia Tenggara). Lihat juga Kerajaan Kalinga (Kerajaan di Asia Selatan). Untuk kegunaan lain, lihat paku keling (referensi).

Referensi tambahan diperlukan untuk memastikan kualitas artikel ini. Tolong bantu kami memperbaiki artikel ini dengan menambahkan tautan ke sumber terpercaya. Klaim tanpa atribusi dapat digugat dan dihapus. Temukan Sumber: Kalinga Empire – Koran Berita Buku Sarjana JSTOR

Dimanakah Daerah Kekuasaannya

Kerajaan Kalinga (Jepang ꦏꦫꦠꦨ괴ꦤ꧀ꦭꦏꦶꦔ꧀꧁) atau Kerajaan Ho-ling (Cina 訶陵; Hélíng atau 闍婆; Xi-domlepo / Xi-bo, Raja Dupo Cina) adalah Buddha pertama yang muncul di pantai utara Jawa Tengah pada abad ke-6 M bersamaan dengan kerajaan Sriwija, kerajaan Sunda dan kerajaan Galuh.

Benarkah Di Ephesus Turki Tempat Kisah Ashabul Kahfi Terjadi?

Penemuan arkeologi dan catatan sejarah kerajaan ini langka, dan lokasi persis ibu kota kekaisaran tidak diketahui. Diyakini ada di suatu tempat antara Pekalongan dan Jepara saat ini. Sebuah tempat yang bernama Kecamatan Keling ditemukan di pantai utara Kabupaten Jepara, namun beberapa temuan arkeologi di dekat Kabupaten Pekalongan dan Batang menunjukkan bahwa Kabupaten Pekalongan adalah sebuah pelabuhan kuno, nama Pekalongan mungkin merupakan nama modifikasi dari Pe-kaling-a. Kalingga ada pada abad ke-6 dan ke-7 dan merupakan salah satu kerajaan Hindu-Buddha yang paling awal didirikan di Jawa Tengah.

Sejarah[sunting | [sunting sumber] sumber lokal [sunting | sunting sumber] Carita Parahyangan [sunting | sunting sumber]

Menurut manuskrip Carita Parahyangan abad ke-16, putri Ratu Shima, Parvati, menikah dengan Pangeran Rahyang Mandiminyak dari Kerajaan Galuh, yang kemudian menjadi raja kedua Kerajaan Galuh. Ratu Shima konon memiliki seorang cucu perempuan bernama Sannah, yang menikah dengan Bratsenwa, raja ketiga Galuh. Sannaha dan Bratsenwa memiliki seorang putra bernama Rakrian Sanjaya, yang kemudian menjadi raja dan menyatukan Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh.

Setelah tahun 732 M, Ratu Shima wafat, Rakrian Sanjaya menggantikan kakek buyutnya sebagai raja Kalinga Selatan, kemudian disebut Mataram, dan kemudian mendirikan dinasti baru bernama Dinasti Sanjaya.

Demokrasi: Masih Berjalan?. Selamat Hari Demokrasi Internasional…

Kekuasaan Sunda-Galuh dialihkan dari Tejkenkana kepada anaknya yang bernama Tamperan Baramwijaya alias Rakrian Panaraban. Rakrian Sanjaya menikahi Sudivara, putri Raja Rakrian Devasimha dari Kalinga Utara, dan mereka memiliki seorang putra, Rakai Panangkaran.

Baca juga  Pada Lagu Anak Ayam Memiliki Tempo

Nama Ho-ling diyakini berasal dari abad ke-5 (kemudian disebut Keling), yang diyakini terletak di Jawa Tengah bagian utara. Informasi tentang Kerajaan Holing dapat diperoleh dari catatan Tiongkok. Pada tahun 752, Kerajaan Holing menjadi pesaing Sriwijaya Kedatuan, karena kerajaan tersebut menjadi bagian dari jaringan perdagangan bersama dengan Kerajaan Malaya dan Kerajaan Tarunnagar. Ketiga kerajaan tersebut menjadi pesaing kuat bagi jaringan perdagangan Sriwijaya.

Kisah ratu mitos yang dengan ketat mengikuti prinsip “keadilan” dan “kebenaran” diciptakan di Jawa Tengah. Legenda ini bercerita tentang Ratu Shima yang mengajarkan rakyatnya untuk selalu jujur ​​dan melawan kejahatan pencurian. Dia menghukum dengan keras siapa yang memotong tangan orang yang mencuri.

Suatu ketika seorang raja mendengar di seberang lautan tentang kemasyhuran rakyat Kalingga yang dikenal jujur ​​dan taat hukum. Untuk mengujinya, dia meletakkan sekantong emas di persimpangan dekat pasar. Tidak ada Kalinga yang berani menyentuh atau mengambil barang yang bukan miliknya. Hingga tiga tahun kemudian, Yuvraj menyentuh tas itu dengan kakinya. Ratu Shima menghukum mati putranya karena menegakkan hukum. Dewan menteri meminta ratu untuk memaafkan kesalahan putranya. Karena kaki sang pangeran menyentuh barang-barang yang bukan miliknya, sang pangeran dihukum dengan dipotong kakinya.

Dimanakah Daerah Kekuasaan Inggris Dan Belanda Saat Di Indonesia?

Pengetahuan tentang keberadaan Ho-Ling juga dapat diperoleh dari berita dinasti Tang dan catatan I-Tsing, seorang biksu Buddha yang melakukan perjalanan ke India melalui jalur laut di Jalur Sutra.

Catatan berita Cina ini juga menyebutkan bahwa dari tahun 674 orang Ho-Ling diperintah oleh seorang wanita bernama Hsi-Mo (Ratu Shima). Dia adalah ratu yang sangat adil dan bijaksana. Selama masa pemerintahannya, Ho-ling sangat aman.

Catatan I-Tsing (664/665 M) menyebutkan bahwa tanah Jawa pernah menjadi salah satu pusat pembelajaran agama Buddha pada abad ke-7. Seorang pendeta Cina bernama Huining tinggal di Ho-Ling yang menerjemahkan salah satu teks Buddha ke dalam bahasa Cina. Dia bekerja sama dengan seorang pendeta Jawa bernama Janabhadra. Buku terjemahan antara lain memuat kisah nirwana, namun kisah ini berbeda dengan kisah nirwana dalam agama Buddha Hinayana. Kesultanan Malaka atau Kesultanan Malaka adalah sebuah negara Melayu yang dulunya terletak di Malaka, Malaysia. Didirikan oleh Paramesvara, kerajaan ini kemudian mencapai masa kejayaannya pada tahun 1511 dengan menguasai jalur pelayaran Selat Malaka pada abad ke-15. Itu ditaklukkan oleh Malaka. Jatuhnya Malaka menjadi titik balik penjajahan Eropa di Nusantara.

Baca juga  Menjelaskan Apakah Teks Di Atas

, tetapi keberadaan kerajaan ini dapat dipelajari melalui dan. Perbandingan kedua sumber ini masih menunjukkan kompleksitas sejarah awal Malaka, terutama terkait dengan perkembangan Islam di Malaka dan pemerintahan masing-masing raja Malaka. Pada mulanya Islam tidak menjadi agama penduduk Malaka, tetapi kemudian Islam menjadi bagian dari negara, yang ditunjukkan dengan gelar Sultan yang disandang oleh penguasa Malaka lainnya.

Islamophobia Di Amerika, “christianophobia” Di Indonesia

Melalui penelitian sejarah, Sejarah Melayu Tun Sri Lanang, Hikayat Raja-Raja Pasai karya Sheikh Nuruddin Raniri, Portugis 1553, buku Barroso “History of Malacca” dalam entri Cina. Bahkan dengan Babad Tanah Jawa Paraton (Raja), dapat disimpulkan bahwa Malaka masih berada di bawah kekuasaan Siam pada awal abad ke-14.

Belum ada kerajaan. Namun, kerajaan Hindu Majapahit muncul di tanah Jawa, yang menjadi lawan kuat Siam dalam perebutan kekuasaan di Selat Malaka, khususnya pada tahun 1331, ketika Patih Gajah Mada mendapat kepercayaan besar dari Batara Majapahit. Setelah kebangkitan Patih Gajah Mada, ditetapkan kebijakan yang tegas, yaitu memperluas kekuasaannya dan merebut wilayah Siam. Majapahit juga menyerang Palembang, Singapura, dan Samudra Pasai. Padahal, Singapura masih merupakan negara bagian India saat itu.

Ketika Kerajaan Indo-Melayu jatuh di Singapura akibat serangan Majapahit, Raja Singapura melarikan diri ke Singapura. Raja itu bernama Paramaisur.

Awalnya dia bersembunyi di sebuah desa yang terletak di utara Pulau Singapura. Dari sana ia menyeberangi Semenanjung Melayu melalui Johor. Lalu pergi ke negeri orang Moor. Dari Murar, mereka melanjutkan perjalanan menyusuri Sungai Ujung hingga akhirnya sampai di Malaka. Saat itu Malaka adalah wilayah Siam.

Mengetahui Kelebihan Dan Kekurangan Otonomi Daerah

Saat itu, dia menemukan bahwa penduduk Malaka sudah terdiri dari Pasha, Arab, Persia, Gujarati, dan Malabar secara seimbang. Kemudian C Abdul Aziz, seorang ulama dari Jeddah datang ke Malaka dan mengajaknya masuk Islam. Undangan diterima. Abdul Aziz menyarankannya untuk mengganti namanya menjadi Sultan Muhammad Syah. Dia masuk Islam sekitar tahun 1384.

Sedangkan berdasarkan Sullatus Salatin dan Suma Oriental, kerajaan ini didirikan oleh Pangeran Parameswar dari Palembang yang melarikan diri akibat serbuan armada laut Majapahit. Dewa tersebut juga tercatat sebagai pendiri Malaka dalam catatan sejarah Dinasti Ming.

Pengaruh besar dari hubungan ini adalah Malaka mampu menghindari kemungkinan serangan Siam dari utara, terutama setelah kaisar Cina memberi tahu penguasa Ayutthaya tentang hubungannya dengan Malaka.

Baca juga  Berikut Yang Bukan Pukulan Tangan Terbuka Adalah Pukulan Dengan

Keberhasilan hubungan diplomatik dengan Cina karena stabilitas pemerintahan baru di Malaka, dengan Malaka kemudian menjadi pusat perdagangan di Asia Tenggara dan salah satu pangkalan armada Ming.

Mengenal Beberapa Asas Dalam Hukum Acara Perdata

Sedangkan menurut catatan Ming, penguasa Malaka mulai menggunakan gelar Sultan yang berasal dari tahun 1455. Sedangkan dalam Sullat Salatin, gelar Sultan diperkenalkan oleh penerus berikutnya, Raja Iskandar Syah, sosok yang disejajarkan dengan Paramesvara oleh beberapa sejarawan.

Dalam Pararaton disebutkan tokoh yang mirip bernama Bhra Hyang Parameshwara sebagai suami Ratu Majapahit Ratu Suhita. Namun, identitas tokoh ini masih diperdebatkan hingga saat ini.

Dan digantikan oleh Sri Maharaja atau Sultan Muhammad Syah. Putra Muhammad Shah, yang kemudian digantikan oleh Raja Ibrahim, mengambil gelar Shri Parmeshwar Deva Shah. Namun, pemerintahannya hanya berlangsung selama 17 bulan dan ia meninggal pada tahun 1445 sebagai seorang pembunuh. Sepupunya Raja Qasim memberinya gelar Sultan Mudzafar Syah.

Sultan Muhammad Syah mengontrol politik luar negerinya dengan sangat ketat. Gejolak Majapahit tidak lagi begitu parah karena Gajah Mada meninggal pada tahun 1364 dan Raja Hayam Waruk meninggal pada tahun 1389. Majapahit saat itu hanya menguasai wilayahnya di Pulau Jawa. Negara tetangga terdekat adalah Siam. Pertahankan kebijakan bertetangga yang baik dengan Siam. Malaka membayar upeti emas sebesar 40 talas setahun.

Kerajaan Kampar Kiri

Sedangkan negara yang dijunjung tinggi olehnya saat itu adalah China. Sebab, ikatan Cina dengan tanah Melayu sudah terjalin lama.

Sudah pada tahun 1403 terjadi pergantian kekuasaan dalam keluarga dinasti Ming di Tiongkok. Kaisar Cheng Tzu merebut kekuasaan dari Kaisar Hui Ti. Sultan Muhammad Syah menghitung, raja yang baru dibentuk itu pasti akan menang jika hubungan dengan negeri-negeri selatan dipererat. Sultan tidak segan-segan mengirim utusan ke Tiongkok untuk menemui raja yang baru ditaklukkan, untuk menjalin persahabatan. Saat hubungannya dengan Cina semakin kuat, Sultan berhenti mengirim upeti ke Siam. Dengan ini, Maharaja Cina mengakui bahwa Malaka diakui sebagai protektorat oleh Cina jika terjadi serangan dari luar.

Malaka mempertahankan hubungan dekat dengan Malaka hingga 1435, mengamankan jalur pelayaran Selat Malaka, yang di masa lalu sering diganggu oleh perompak dan perompak.

Dilindungi oleh Ming, Malaka menjadi pelabuhan penting di pantai barat Semenanjung Melayu, tidak tersentuh oleh Majapahit dan Ayutthaya. Namun, setelah perubahan kebijakan luar negeri Dinasti Ming, wilayah daratan ini terus diklaim oleh Siam sebagai bagian dari kedaulatannya hingga Malaka jatuh ke tangan Malaka, dan setelah penaklukan Malaka, Mutiara, wilayah Kelantan. , Terengganu dan Kedah belakangan

Renungan Sinode Gpibk Edisi Iii

Dimanakah cinta, dimanakah disneyland, dimanakah maldives, dinda dimanakah, dimanakah dajjal, dimanakah hawaii, google dimanakah, dimanakah, dimanakah surga, dimanakah atlantis, dimanakah pusat, dimanakah jodohku